#Day1: Selamat Datang 2015!

2015. Tahun yang optimis. Kenapa begitu? Karena bagi saya sendiri, tahun ini saya punya beberapa rencana atau pun target yang ingin dicapai. Tak ada yang terlalu ambisius – well, maybe some of it – tetapi dengan semakin bertambahnya umur, saya akhirnya sadar, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.

Beberapa target saya yang ingin dicapai mengalami kegagalan atau tertunda karena tidak ada keinginan atau pun dorongan yang kuat untuk menyelesaikannya. Just that. Rasanya seperti sebilah busur panah yang jatuh sebelum kena sasaran, padahal sudah tampak di depan mata. Kecewa itu pasti, tetapi hanya kita sendiri yang bisa mendorong diri untuk mau bangkit kembali, mengulang, dan mencoba menyasar target sebaik mungkin.

Bagi saya, walau beberapa target pribadi ada yang belum tercapai, tetapi saya cukup bersyukur karena di dalam karir, mungkin tahun lalu adalah tahun yang sangat menantang sekaligus tahun yang paling menyenangkan! Bekerja di salah satu industri yang bergerak cepat dan penuh keriuhan setiap harinya, tentu bukan suatu hal yang mudah untuk dijalani, tetapi dengan dikelilingi oleh orang-orang hebat yang passionate, selalu berpikiran positif, humoris, dan memperlakukan saya sebagai bagian dari keluarga besar, rasanya tak ada yang perlu dirisaukan. I thank God for this.

Hal lain yang perlu disyukuri adalah kesehatan. Walau tahun lalu sempat dirawat hampir dua minggu di rumah sakit karena kelelahan, tetapi bagi saya kesehatan keluarga besar saya lebih penting. Alhamdulillah dari Papa sampai kakak-kakak saya diberikan kesehatan dan semoga selalu dilimpahkan kesehatan untuk seterusnya. Menjaga kesehatan menjadi target utama saya di tahun 2015 ini. Lebih rajin olah raga, menjaga pola makan dan istirahat, serta yang terpenting tahu batas kemampuan diri sendiri. Serta mencoba tantangan baru: lari atau olahraga luar ruangan lainnya.

Hal lain yang ingin dicapai? Banyak, sih. Ingin traveling setiap dua bulan sekali, bisa menyelesaikan menulis buku yang tertunda dua tahun, ibadah yang jauh lebih baik, dan beberapa hal lain. Serta satu hal penting lainnya, lebih rajin menulis blog, karena bagaimana pun juga bagi saya menulis itu menyembuhkan. Baik dari rasa gusar, sedih, sampai rasa tak nyaman menghadapi tantangan hidup setiap harinya.

Terakhir, saya percaya setiap keberhasilan dalam hidup kita tak akan pernah lepas dari campur tangan Tuhan serta dukungan dari orang-orang sekitar kita. Jadi di tahun 2015 ini, saya pun mendoakan orang-orang terkasih di sekeliling saya – termasuk Anda pembaca blog ini agar selalu diberikan kesehatan, kesuksesan, serta rasa bahagia yang tak pernah putus. Bukankah kebahagiaan akan selalu lebih berarti ketika bisa dibagi? Sampai bertemu lagi di tahun yang (akan) luar biasa ini! (*)

Pertanyaan Menyebalkan Untuk Jomblo!

Menjadi single atau jomblo itu menyenangkan! Mau sepanjang weekend males mandi sambil nonton film komedi romantis menye-menye tanpa ada yang protes, pergi kemana aja gak ada yang ngeribetin, nongkrong sambil minum kopi segalon gak ada yang cerewetin, dan intinya semua tampak lebih indah! 😀

Tetapi hal terburuk yang terjadi buat orang-orang jomblo seperti daku – atau kamu – adalah orang-orang disekeliling kita. Mulai dari barista kepo sampai mbak-mbak penjaga karcis nonton. Mereka selalu penasaran kenapa ada cowok/cewek single yang kemana-mana sendirian ataupun tidak sedang jatuh cinta sampe nangis darah dengan orang lain. Pertanyaan “Pacarnya mana?” dan “Kapan nikah?” menjadi dua quote pamungkas yang bikin buat kita memutarkan bola mata sambil pengen sambit pake tiang listrik terdekat.

However, berdasarkan hasil survey dan tanya-tanya ke jamaah jomblo, di bawah ini ada beberapa hal menyebalkan bagi kaum single, semoga kamu bukan salah satu yang pernah nekat menanyakan atau melakukan hal-hal ini:

  • Diingatkan kalau kamu jomblo. Hadeh! Sedunia juga udah tau kalau jomblo. Bagaikan nyiur melambai dilihat dari 1 km. Jadi gak perlu sampe diingetin atau ditanyain mulu kenapa kita single. Iya gak? Terus sering dikaitin sama temen deket yang sering jalan bareng kenapa kok gak jalan sama si ini atau si itu lagi #suram

“Si [ISI_DENGAN_NAMA_SESEORANG_YANG_BIASA_DILIHAT_BARENG_DI_SINI] mana?” – @saifulmuhajir

  • Kehilangan teman atau sohib baik yang jomblo karena udah punya pacar. Yes, somehow we just hate it, hahaha *dikeplak*. Gak ada lagi temen buat mengutuk dunia kenapa kami jomblo atau pun ngomentarin pasangan yang mondar-mandir pamer kemesraan di mall. Atau pun hal simpel, gak ada lagi temen buat makan malam gak penting di fast food dengan lauk pauk segambreng sambil gak mikirin diet and stay fat together.
  • Dijodohin sama keluarga. Cukup Siti Nurbaya yang menderita atau jamannya Manohara. Kalau mau jodohin at least dengan syarat mereka dari keluarga Kalla atau Bakrie. #thanks
  • Ditanyain, “Kenapa sih kamu masih sendiri/single?”. Kalau pun kami akhirnya pacaran, gak bakal ngasih tau dirimu juga, kok. Bhay!

“Kok loe betah sih single?” – @glennmarsalim

  • Lanjutan dari yang atas, setelah ditanyain kenapa masih single, akan berlanjut dengan mereka yang berusaha memuji, “ya ampun, kamu itu padahal ganteng lho…”, “kan udah mapan gini, apalagi yang mau dicari?”, edebrey, edebrey. Lalu end up dengan bilang, “kamu seharusnya gampang punya pacar”. Ini seperti pertanyaan monolog yang mereka sendiri udah tau jawabannya dan kita males untuk menjawab. Dan world peace akan segera berakhir setelahnya.
  • Dikasih tau orang kalau jomblo karena, “Kamu sih milih-milih banget!”, “Kamu gak usaha kali…”, atau “Cobalah cari diluar, masih banyak ikan di lautan”. Pertama, kami gak mau kencan sama ikan. Kedua, masih mending kalau ada pilihan, lah ini belum tentu ada. Ketiga, manusia boleh berusaha, tapi Tuhan yang menentukan. Tolong dicatet dan jadiin wallpaper di hape masing-masing, ya.

“Kamu kebanyakan milih ya? jangan kebanyakan milih deh”. Boro-boro milih, pilihan aja ga ada. – @nivah_

  • Ultimate words, “Kamu belum ketemu orang yang tepat kali…”. Duh, if you had met them, you would probably be with them. Iya kan? *muka datar*
  • Diundang di acara yang diharapkan kita membawa pasangan. Tentu saja salah satunya adalah kondangan. Bingungnya lebih galau dibandingkan mau pake baju apa atau mau makan kambing guling atau sup dulu. Kira-kira begitulah.
  • Pasangan yang dengan konstannya saling mengirim update di Twitter atau Facebook. Kan ada fitur DM atau message atau bisa Whatsapp-an kaleeee? Heloooo!
  • Blind dates. Jangan pernah coba-coba bikin kejutan dengan ngenalin orang baru yang datang dari Narnia atau gurun sahara yang dimana kita gak kenal atau punya ide mereka siapa. Biasanya dengan alasan, “Gak kok yang ini beda bangeeet! Giginya lengkap!” atau “Serius deh, doi hits banget! Udah punya bla bla bla di usia bla bla”. If we are not into him/her, please stop, peace, and gaul.
  • Fakta bahwa di radio penuh dengan lagu cinta. Kenapa sih Yovie Widianto gak nulis lagu tentang naiknya harga BBM atau Achmad Dani nulis tentang pemberantasan korupsi aja? Hah?
  • “Seandainya gue single kayak elo sekarang, gue (isi sendiri)!”. Yang bisa kita lakukan adalah berikan tatapan kejam sambil asah pisau di tangan.
  • Semua pertanyaan yang berhubungan dengan mantan. BIG NO. Gak aja. Not allowed.

“Besok datang ga ke pernikahan mantan lo?” – pertanyaan menyebalkan versi @cahyo220123h

Itu adalah beberapa hal pertanyaan atau ungkapan menyebalkan yang berhasil dikumpulin. See, jadi gak mudah jadi jomblo yang sering beredar karena banyak banget tantangannya, hahaha. Nah, menurut kamu ada gak pertanyaan atau pertanyaan lain yang lebih menyebalkan ketika atau saat menjadi jomblo? (*)