#9 cup: (NO) Devils Wears Prada

Cewek manis itu berjalan dengan langkah cepat. Fashionable. Indeed. Stocking hitam pekat, sepatu flat kuning, gaun terusin selutut yang senada dengan warna sepatu, plus tak lupa kacamata model jadul duduk manis di hidungnya. Di sebelahnya pun tampak sosok yang tak kalah menarik perhatian mataku. Cewek yang daku tebak masih berusia belia dengan rok hitam sepaha, masih dengan stocking hitam, rompi abu-abu dengan sepatu dengan warna tak beda. Dia tampak terburu-buru sambil membawa satu baju tergantung. Tak murah. Mungkin harga baju itu pun berkali-kali lipat dari gajinya sebulan.

Di ruanganku. Majalah-majalah kondang dari berbagai negara tertumpuk di samping kubikel. Tampak sosok-sosok lain sedang sibuk menulis, konsentrasi, walau sesekali terdengar sahutan gelak tawa membahana. Semangat itu. Cerita-cerita itu. Daku bagian dari mereka. Being journalist. Wartawan. Di satu majalah lifestlye pria ternama, sebuah franchise dari manca negara. Cool job!

Dulu daku membayangkan kerja di majalah yang bersentuhan langsung dengan fashion, pasti akan bertemu cewek-cewek cantik ataupun cowok-cowok yang semuanya sinis bin menyebalkan ala Catherine Wilson. Kalo kebanyakan baca novel dan film menang kadang begitu cepat meracuni otak yang kapasitasnya cukup merana ini, hihi. Tapi pada kenyataannya, daku bertemu dengan temen-temen seru dan hebat di sana. Satu hal yang mungkin daku belum pupuk dengan baik adalah passion. Pekerjaan menjadi wartawan itu bukan sekedar menulis, curhat dengan seenak jidat dan tiba-tiba muncul di majalah. Kalo gitu mah bikin aja majalah sendiri, hihi.

Beberapa hari kerja daku udah bisa mulai liputan ke sana dan ke mari. Salah satu rubrik di majalah daku itu adalah kumpulan foto-foto socialita berpesta atau bertemu lalu kemudian di foto, dan munculah kemudian foto-foto mereka beserta nama-namanya. Tapi jangan bayangin itu pekerjaan mudah, ternyata tidak kawan. SUSAH.

Suatu hari Mbak Noni, senior editor yang baik hati dan cantik mengajak daku ke salah satu gathering perbankan asing. Di sana bakal ada dinner dengan berbagai petinggi perbankan di Indonesia.

“Dimas, nanti kamu foto-foto semua tamu yang oke dan jangan lupa tanya namanya ya.”

“Sip, oke Mbak Non.”

“Jangan lupa, foto yang itu.. Itu… Nah yang itu juga… Terus yang itu… Kurang lebih bisa dapet 20 foto.”

*glek*

Sumpah, daku gak ada yang kenal satu pun. Semua orang bank itu tampak sama dengan jas atau blazernya, seperti pion-pion catur berwarna hitam. Sebagian pun tamu orang asing. Bagaimana daku bisa mendapatkan namanya?

Daku ambil satu-satunya notes yang daku punya di dalam tas dan itu… NOTES BESAR. Duh booo, daku bukan mau try out SPMBkan? Mondar-mandir pake tas ransel dan notes besar, huhu… Yang bisa aku lakukan adalah satu tangan memegang kamera dan satu tangan lainnya memegang bibir dengan satu telunjuk. Lalu poto deh dari tampak samping. Cekrek! Jadi deh poto ala ABG di Friendster dan Facebook, hihi. Aslinya sih daku kerepotan menfoto dan lalu bertanya satu persatu nama mereka. Keringet dingin bercucuran di antara orang-orang berbaju jas. Notes itu pun daku pake buat mencatat nama mereka satu-persatu. Bener-bener pengalaman yang ‘berbeda’.

Belum lagi pas di undang press conference. Dulu jaman jadi PR consultant, biasanya daku yang mengundang wartawan buat dateng ke acara presscon, tapi kali ini daku yang di undang, hihi. Dulu bener-bener daku ngerasain betapa susahnya pekerjaan PR untuk mengundang media datang. Ternyata memang seru juga sekarang bisa ngerasain hal sebaliknya, akhirnya daku bisa jual mahal ke PR, kapan lagi kan? Hihi…

“Maaf Mbak Miyabi, saya ndak bisa dateng ke acara press con-nya karena lagi ada kerjaan.”

“Yah… Kok gak bisa sih Mas, kenapa?” *nada menyesal yang rada dibuat-buat*

“Iya Mbak Miyabi, maaf ya. Kami boleh kan minta press release-nya aja?”

“Boleh dong Mas, duh dari media Mas pasti gak mau ya dateng ke acara kami, kami maklum kok, hehe…” *tertawa aneh*

“Gak gitu kali Mbak, memang bener-bener gak bisa, hehe… Makasih ya Mbak Miyabi sebelumnya, releasenya tolong dikirim ke email bla bla ya” *nada flat*

“Lain kali dateng lho Mas Dimas, hahaha…” *tertawa mengerikan*

“….. “

Dalam hati daku berkata, “untung aja sepanjang daku jadi PR, satu kantor gak pernah bertindak aneh seperti manusia kekurangan obat depresi kayak gitu.”

Hari demi hari daku lalui dengan liputan ke sana ke mari. Bisa makan enak plus kenalan sama wartawan media lain. Entah kenapa ya, ketika dulu daku di posisi PR rasanya susah sekali memulai pembicaraan tapi kalo di posisi sesama wartawan semua terasa lebih mudah. Semudah Sheren Sungkar berakting lebay di sinetron. Segampang Dewi Persik bikin sensasi. Juga semudah Andi Soraya masuk infotainment.

Seminggu lebih daku menjalani profesi seru itu, tiba-tiba daku harus menentukan pilihan yang berat. Dilema. Terjepit di antara dua pilihan. Do you want to follow your dream or just be realistic about your future? Intinya, daku diterima di perusahaan lain, tepat sejam daku tandatangan kontrak di majalah itu. Sebuah perusahaan yang lebih menjanjikan dari sisi penghasilan dan karir. Daku bingung mana yang harus dipilih. Mau pake jilbab yang pink atau yang ungu *lho?*. Akhirnya, aku putuskan mencopot ID Pers yang baru kupakai beberapa hari itu. ID yang membuatku tersenyum berhari-hari. Sebuah pekerjaan yang daku cita-citakan sejak di bangku SMP ketika masih rajin menulis di sebuah surat kabar lokal.

Teringat di postingan awal tahunku, resolusiku hanya satu. Mendapatkan pekerjaan yang akan daku jadikan karir untuk kedepannya. Setidaknya di pekerjaan yang terbaru ini daku masih bertemu dengan temen-temen media, daku masih menulis, dan hidup lebih teratur. Tentu Tuhan tahu yang terbaik dengan rencana-rencana-Nya. Mungkin memang jalanku bukanlah menjadi wartawan. Setidaknya daku belajar satu hal, bekerja dengan passion akan membuat semuanya lebih mudah dan tak ada kata menyerah.

Tiba-tiba lamunanku terhenti. Seorang cewek manis dengan rambut tergerai panjang, bersandang baju gelap sampai paha dengan tali pinggang berwarna kulit, tak lupa sandal gladiator berwarna senada berjalan melewatiku. Harum. Binar matanya sama dengan teman-teman yang menyusul di belakangnya. Tawa mereka. Cerita mereka. Semangat mereka menulis berita dan bercerita. Daku akan merindukan semuanya. There are no devils wears Prada. (*)

#8 cup: Ketika Tahun Berganti

Aku tersedak. Melihat resolusi-resolusi di tahun sebelumnya yang tampaknya lagi-lagi banyak yang gagal total. Mau satu contoh? Baiklah, salah satu resolusi daku yang berkali-kali nongol yaitu memulai untuk giat berolahraga. Itu resolusi udah dari taon… 2002, ternyata udah lama banget, haha *dikaplok massa*. Dari dulu tuh pengen banget punya berat badan ideal dengan tinggi badan daku yang 180 cm, bermata biru, hidung mancung dan berkulit putih ini *dikaplok massa lagi*. Tapi adanya hanya fluktuasi berat badan yang naek turun kayak harga minyak dunia. Bentuk badan mah gitu-gitu aja, malah sekarang cenderung kurus dengan pipi kayak bakpao, huhu. Tapi, apakah ada resolusi daku yang tercapai di taon 2008? Ya jelas ada dong, misalnya keberhasilan daku hanya makan kebab selama seminggu penuh tanpa makan nasi atau tidur tanpa ngompol lagi *njrit, emangnya daku balita!*.

Anyway, di taon 2008 daku akan membagi 5 hal mengenai daku, maunya si 10 hal tapi gak ah, daku malas nulisnya, haha. Intinya sih isinya seperti highlight hidup daku gitu deh, hihi… Sok artis bener yak. Tapi gak papa, yang penting daku mau nulis. Pokoknya harus baca! *maksa mode on*. Sudah siap? Baiklah!

Lulus kuliah

Oh thanks God! Akhirnya daku bisa nyelesain kedua kuliahku di Hukum UGM. Lulus S 1 dan S 2 di dalam taon yang sama. Sumpah entah berapa orang yang geleng-geleng kepala begitu tau daku lagi ngerjain skripsi dan thesis bersamaan juga. Rasanya tiap hari mau gila, makan gak enak, mandi malas, tapi tidur tetep nyenyak. Tetep itu mah, tidur siang dan malam itu kudu, hihi… Begitu banyak cerita yang dilalui selama mengerjakan dua hal itu. Sampe postingan blog pun berjibun. Tapi ternyata postingan-postingan itu ada untungnya juga. Ada satu cerita yang belum daku ceritakan di blog ini. Waktu ujian skripsi S 1, daku diuji oleh tiga orang dosen tercinta dari Hukum Perdata. Menit pertama satu dosen bertanya dengan serius, menit kedua, dua dosen lainnya ketawa ngikik sambil ngeliat laptop.

Mata mereka sekilas-kilas menatap daku dengan penuh iba. Lalu kembali ke laptop dan ketawa ngikik berdua. Sedangkan satu dosen senior terus bertanya-tanya mengenai skripsiku walau rada gak susah gitu sih karena beliau sudah tau daku dah lulus S 2 Hukum duluan, hihi. Tapi di menit kesekian, tiba-tiba salah satu dosen yang lain bertanya,

“Dimas, kita tahu perjuangan kamu mengerjakan skripsi ini memang berat, sampe hampir 7 tahun kamu baru bisa sampai tahap akhir ini, tapi kenapa ya… kamu…?”

Dosen terdiam. Dan daku deg-degan sampe mau nangis rasanya.

“Iya, kenapa Bu?”

“Tapi kenapa kamu bilang thesis kamu… Kayak SOTO?! Bwahahaha…”

“ …… “

Ternyata dari tadi kedua dosenku membaca posting-postingan blogku sambil dosen lain menguji. Hahaha…. Akhirnya ujian pun berjalan sangat hangat dan diselingi membahas postingan blogku selama kuliah. Blogging memang membawa untung. Ah, aku sungguh merindukan dosen-dosenku dan teman-teman selama kuliah…

Sakit berat

Karena daku sewaktu ngerjain skripsi dan thesis secara bersamaan, alhasil daku bisa dibilang jarang tidur. Bergadang jadi makanan sehari-hari dan makan pun gak teratur. Lebih parahnya, karena daku pemalas amat sangat, daku gak pernah beli aqua galonan, adanya beli aqua botol. Tapi itu pun akhirnya juga angin-anginan. Daku lebih sering beli Coca-Cola Zero (CCZ). Sumpah itu minuman enak banget! Hihi… Jadi bangun tidur minum CCZ, makan siang minum CCZ, makan malam tetep minum itu. Beberapa bulan daku ngelakuin ritual yang sama. Badan sering terasa meriang tapi daku biarin aja. Alhasil, setelah daku wisuda, dalam hitungan minggu daku langsung terkapar di rumah sakit. Mata menguning, kuku menguning, dan gigi menguning *eh kalo itu bukan karena penyakit itu ding, hihi*, daku intinya daku kena sakit kuning alias Hepatitis, huhu. Terpaksa, daku terpaksa istirahat total di rumah lebih dari sebulan. Hanya ngesot sana, ngesot sini di dalam rumah. Sumpah, gak lagi-lagi deh! Mari kita hidup sehat!

Pindah ke Jakarta

Dulu jaman masi di Jogja, daku paling males ngebayangin tinggal dan kerja di Jakarta. Kota yang kemana-mana jauhnya bikin emosi jiwa, belum lagi apa-apa mahal. Tapi setelah lulus kuliah, daku tak ada alasan lagi untuk stay di Jogja, pengen rasanya lari ke kraton untuk minta suaka dan teriak-teriak,

“Sultaaaan, ambil aku! Ambil aku jadi selirmu!” Wakaka…

Lagi pula, karena sakit itu daku harus pengobatan intensif di Jakarta, jadi dengan sangat berat hati daku meninggalkan kota yang membesarkanku ini. Belum lagi, daku juga harus segera masuk kerja. Rasanya memang tak sempat bernafas. Lulus kuliah – bedrest – kerja. Padahal dulu cita-citanya abis lulus pengen traveling keliling Indonesia, mungkin selama setahun gitu… *digampar bokap*.

Mengurus Pesta Blogger 2008

Sumpah, daku ketawa ngikik waktu baca postingan resolusi taon 2008, daku bilang pengen jadi seleb blogger, wakaka. Walau gak kesampaian, daku akhirnya bisa mengenal secara personal dengan blogger-blogger kawakan di Indonesia. Waktu awal memulai blogging di bawah bimbingan si seleb blogger nan baik hati yaitu tikabanget, daku bermimpi aja ndak kalo akhirnya bisa duduk semeja dengan Mas Enda, Mas Wicak, dan punggawa blogger lainnya untuk mengurus kegiatan Pesta Blogger 2008. Atau juga bisa nongkrong dan jalan-jalan bareng Chika, Mbok Venus dan blogger-blogger tenar lainnya. Padahal dulu, ketika jaman di Jogja, kalo salah satu dari mereka komen di blogku daku, senengnya bisa berhari-hari, haha. Pastinya, sungguh suatu kegembiraan yang tak terkira daku bisa membantu perhelatan akbar ini. Terima kasih tak terhingga untuk Maverick, my previous lovely office, terutama untuk Ong dan Hanny *hugs*.

Keluarga besar baru = Kopdar Jakarta

Daku sempet ngerasain hampa banget tinggal di Jakarta. Walau beberapa sahabat dari Jogja pada kerja di Jakarta, tapi daku gak enak dong ya gangguin mereka mulu, hihi. Alhasil daku lebih sering autis dengan internet yaitu membaca jurnal-jurnal asing, mendesain website dan kebohongan lainnya, haha. Benernya sih, daku jadi lebih intens ngobrol dengan temen-temen blogger Jakarta. Kalau dulu di Jogja daku paling malu kalo diajak kopdar alias kopi darat blogger, di Jakarta daku jadi banci kopdar, haha. Kopdar dimana-mana daku jabanin. Dari sanalah, daku ketemu dengan beberapa blogger yang punya frekuensi kegilaan yang sama. Dengan mereka rasanya udah kenal bertahun-tahun *lebay mode on*. Lalu, karena kami ngerasa ngumpul-ngumpul tanpa wadah, akhirnya terbentuklah milis Kopdar Jakarta beserta websitenya. Daku, Chika, Chic, Goenrock, Adit, dan Imam bahu-membahu membesarkan nama Kopdar Jakarta beserta Kojakers-nya. Emangnya itu komunitas Dim? Bukan sih, tepatnya hanya wadah untuk para blogger dan plurker berkomunikasi dan bikin acara ngumpul-ngumpul. Tapi yang paling penting adalah rasa kebersamaannya, kekeluargaannya yang kental selalu membuatku nyaman. Daku sungguh beruntung bisa bertemu dengan kalian semua, huhu *terharu sambil mengelap air mata dengan kerudung putih.*

Resolusi 2009

Lho katanya cuma lima Dim?! Eh situ oke pake acara protes-protes? Daku diva-nya di sini karena daku yang nulis, jadi gak usah berisik! Hahaha *tertawa kejam*. Baiklah, resolusi taon ini adalah daku bisa mendapatkan perkerjaan yang akan daku lakukan untuk seterusnya. Maksudnya apa Dim? Jadi gini, sampai sekarang daku pun masi bingung mau jadi apa. Pekerjaan selama ini yang daku lakukan ya daku jalani dengan memberikan yang terbaik, tapi… masi penasaran dengan yang namanya lentera jiwa, haha. Emang dirimu mau jadi apa Dim? Entah. Pernah ingin jadi dosen, tapi akhirnya sohib-sohib deketku di S2 yang duluan berhasil jadi dosen di beberapa universitas kondang. Pengen jadi penulis, ketika tawaran sudah di depan mata dakunya malah angot-angotan kayak kebo, akhirnya daku gak nerusin. Mau jadi lawyer, tampang gak menyakinkan, haha. Mau jadi artis tapi kasian Teuku Wisnu sama Dude Herlino, ntar kalo tergeser popularitasnya gimana? *dipentung*. Ah yang penting satu itu dulu aja, kalo resolusi ini udah kelar, semua akan berjalan dengan baik, termasuk resolusi lain misalnya menikah, haha… Tentu saja resolusi akan hanya ada di atas kertas atau di dalam blog ini saja kalau hanya diliatin doang, jadi marilah kawan, kita berusaha mencapai yang terbaik di tahun ini! Happy belated New Year ya all! (*)