Sudah setahun lebih aku mengerjakan skripsi dan setengah tahun pula aku hampir gila mengerjakan tesis. Memang sungguh ide brilian kuliah di dua strata yang berbeda dalam satu waktu dengan bidang studi yang sama *dan satu gedung pula!*. Dan lebih bodohnya lagi, kedua tugas akhirku ini berkonsentrasi dengan hal yang berbau minyak dan gas bumi *karena penasaran juga sama kerjaan bokap*. Bidang keilmuan yang gak indah banget kalo dihubung-hubungan dengan hukum. Bahkan kalo di Fakultas Hukum UGM, konsentrasi Hukum Pertambangan itu baru ditawarkan hanya untuk mereka mahasiswa kinyis-kinyis angkatan bawahku yang jauhhhhh sekali alias terjun bebas dibandingkan dari tahun angkatanku *ya iyalah! secara daku 2001 mereka angkatan berapa gitu ya*.
Terus… Kan kalo di hukum itu ada penjurusan tuh, nah kalo S 1-ku aku ngambil penjurusan Hukum Perdata yang kerjaannya berhubungan dengan perjanjian alias kontrak *biyar cepet kaya, amien! hihi* dan konsentrasi S 2-ku adalah Hukum Bisnis. Nyambung gak Dim? Gak juga sih… *menangis galau sepanjang jalan*.
Kalo tesismu gimana Dim? Wah kalo tesis ini lebih heboh lagi saudara-saudara. Karena aku pemalas, licik dan culas, tentu saja dulu waktu ngajuin proposal, kubuat dengan tema mirip dengan skripsiku supaya daku gak kudu mikir dua kali, toh para dosen gak bakal tahu kan? *tertawa seram*.
Tapi sampai suatu hari salah satu dosen favoritku sepanjang masa kuliah, Pak Ari Hernawan memanggilku,
Pak Ari: “Piye Dim skripsimu? Kamu dicariin Pak Pittaya kepala jurusan Perdata tuh, katanya skripsimu harus dipending, karena kamu pindah pembimbing dosen diem-diem. Iya gitu?”
Dimas: *terdiam bodoh – loading* “Hah?! Masa sih Pak? Aduh Pak Ari, kayaknya saya harus ngaku deh kalo lagi ngerjain skripsi dan tesis barengan, soalnya masing-masing pembimbing gak tau kalo saya kuliah dobel. Jadi mereka saling ngira saya pindah dosen pembimbing, huhu…”
Pak Ari: “Maksudnya?”
Dimas: “Karena… Judul saya ada kemiripan Pak, walau perjanjian yang diambil beda dan rumusan masalahnya juga beda banget.” *nyengir kuda selebar tiga jari*
Pak Ari: *geleng-geleng heran* “Ya wis, kamu ngomong aja sama masing-masing dosen pembimbingmu, dua-duanya baek-baek kok, gih!”
Akhirnya setelah daku konfirmasi kesana kemari kayak Ahmad Dhani di infotainment, diambilah kesimpulan secara mufakat, adil dan merata, daku kudu ganti judul tesis yang udah daku kerjaan sampe bab dua. APA?! *ambil tali terus loncat skipping*
Dengan pasrah daku mengulang kembali ngerjain tesis dan ternyata setelah mengumpulkan bahan tentang kasus investasi migas Blok Cepu, ditambah penelitian dan bertapa di perpustakaan, akhirnya aku bisa punya bekal untuk menyelesaikan tesis dalam waktu, beberapa hari! IYAY! Hihi… Ketik sana ketik sini, nungging sana bengong sini, akhirnya bisa terselesaikan juga.
Kalau di Fakultas Hukum mungkin agak berbeda dengan sewaktu aku kuliah di Fakultas Ekonomi UII dulu, bimbingannya dilakukan per bab, sampai masing-masing bab selesai baru dibundel. Nah kalo di Hukum, daku kudu nyelesaiin semuanya sampe mampus plus bonus otak berbuih, nah baru itu tesis bisa dikumpulin terus diperiksa. Beberapa hari yang lalu aku bimbingan ke Pak Taufiq, dosen pembimbing tesisku yang sabar dan baik hati. Setelah menunggu sampe jenggotku sepanjang lima meter, akhirnya daku bisa bertemu dengan beliau. Akhirnya kami membahas seru tesis yang telah rampung kutulis, juga membahas Cinta Laura, kasus pengayaan nuklir di Iran, sampai Kasus Jaksa Urip dengan kasus suap BLBI-nya *bohong banget ya, hihi*
Sampailah keluar statement favoritku dari beliau…
Pak Taufiq: “Pada dasarnya secara substansial atau isi tak ada masalah, tapi… susunan dalam penulisan ini agak kacau, rumusan masalah ada tiga tapi tujuan penulisan cuma dua, harusnya tiga juga Dimas. Dan… Bagian kesimpulan, itu harusnya cuma tiga juga, karena menjawab rumusan masalah, dan kamu ngasih… enam!”
Dimas: *ngangguk bodoh sambil nulis catatan kecil di meja bapaknya, eh di buku kecil*
Pak Taufiq: “Dan juga bab empat ini… Kamu seperti membuat bab dua di sini, terlalu banyak teori yang dimasukin. Dibenerin juga bagian ini. Tesis kamu bisa diibaratkan… Saya minta sop tapi kamu ngasih….”
Dimas: “Gado-gado ya Pak?” *dengan pedenya*
Pak Taufiq: *geleng-geleng* “Bukan… Soto!”
Dimas: “Oh… *menyesal karena salah menjawab* Baiklah akan saya benahi segera Pak…”
Begitu lah teman sekelumit kehidupanku dengan dua makhluk bernama skripsi dan tesis. Walau aku ditinggal temen satu geng S 2-ku karena mereka bakal ujian pendadaran duluan *kalian kejam, kalian bukan temanku lagi! Hihi*, tapi aku tak akan menyerah! Bulan depan daku kudu dah ujian juga! *semangat!* Terus skripsimu gimana Dim? Bukannya temen satu angkatan udah pada habis semua tinggal tersisa beberapa siung manusia doang? Em…. Iya sih… Jadi… Mungkin…. Ya doain aja bisa selesai segara juga dan bisa ikut wisuda bulan Mei besok, tapi mungkin gak ya? *ngeloyor pergi sambil bawa tali buat gantung diri* (*)