ngobrol tentang asuransi

Jatuh Sakit. Siapa sih yang demen kalo jatuh sakit? Kalo jatuh cinta sih gak papa, ya, hihi… Masalahnya, daku dari kecil itu memang punya fisik yang gak sehat-sehat amat. Jadi mulai dari sakit asma sampe demam berdarah daku pernah jabanin. Walaupun, setelah daku beranjak dewasa dan ganteng kayak sekarang, frekuensi daku ke rumah sakit semakin menurun, yay!

Tapi yaaa perlu dicatet dan dikasih garis bawah tebal kalo yang namanya tinggal di Jakarta, biaya berobat itu gak murah. Oke lah sementara ini kalo daku berobat masih ditanggung sama kantor dan asuransinya, tetapi permasalahannya daku gak kerja di kantor BUMN kayak Bokap dulu yang semua biaya pengobatan bakal ditanggung sepenuhnya. Di kantor daku, ada batasan maksimal yang dapat digunakan. Gawatnya, tahun ini, batas maksimal itu udah hampir habis karena tepat di awal tahun daku harus perawatan gigi dan terkena gejala thypus. Otomatis pengeluaran biaya pengobatannya gila-gilaan, huh!

Lalu daku jadi mikir, kalo begini, misalnya daku harus kudu berobat lagi dan masuk rawat inap, bagaimana nasib daku, ya? Sepengetahuan daku, biaya untuk rawat inap dari kantor juga ada batasan biayanya. Walaupun amit-amit kalo daku bakal sakit nantinya, tetapi tentu saja butuh dana untuk biaya-biaya yang akan muncul bila kejadian. Nah, jawabannya apa tuh, Dim? Tentu saja asuransi jawabannya! 😀Berhubung daku buta banget sama yang namanya asuransi, sewaktu daku denger #Obsat alias Obrolan Langsat bakal ngadain kopdar ‘#BeraniBicara tentang Asuransi’ dengan pembicara Financial Planner kawakan nan baik hati – Mas Aidil Akbar – daku pun dengan semangat datang ke acara itu pada 12 April lalu. Apalagi ternyata ada makan malam gratis dengan kambing guling, hihi… *ditendang*.

asuransi itu banyak pilihan, lho!
asuransi itu banyak pilihan, lho!

Kopdar ini diawali dengan pertanyaan dari Mas Aidil Akbar, “Apakah ada yang punya pengalaman buruk dengan asuransi?”. Beberapa orang langsung tunjuk tangan dan berbagi cerita mengenai pengalaman mereka. Rada shock bin kaget sih, ternyata banyak banget pengalaman buruk dengan asuransi. Mulai dari klaim yang gak bisa dicairkan sampai perusahaan asuransinya tutup tiba-tiba. Begh! Denger begituan jadi rada skeptis, duh apa perlu ya daku bikin asuransi? Padahal jujur aja, daku udah punya satu asuransi dan daku gak tau itu asuransi jiwa atau asuransi apaan *gubrak!*.

Daku sendiri menganggap butuh asuransi karena seperti kata Mas Aidil bahwa asuransi diperlukan sebagai langkah proteksi untuk menutupi resiko keuangan yang bisa meliputi biaya kesehatan, biaya penyakit kritis ataupun resiko kehilangan penghasilan apabila pemilik polis meninggal dunia. Kita kan gak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya, bukan?

Waktu itu, daku dengan seksama menyimak, sebenarnya ada berapa jenis asuransi sih yang ditawarkan? Kok ada asuransi kesehatan, ada juga asuransi jiwa, ataupun asuransi cacat juga? Bahkan kata Mas Aidil waktu jaman doi di Amerika, ada juga asuransi jompo. Widih, banyak bener, ya? Jadi buat kamu yang juga bingung, di bawah ada sedikit penjelasan yang daku dapat infonya dari Mas Aidil:

  • Asuransi Kesehatan: Kata Mas Aidil, untuk cowok single dan keren kayak daku *disirim air panas* yang dibutuhkan hanya asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan sendiri ada 2 jenis yaitu asuransi rawat jalan dan asuransi rawat inap. Tapi bukan berarti yang udah punya buntut alias berkeluarga ndak butuh asuransi kesehatan yaaa… Tetep butuh dong, bro and sis! Seperti pengalaman daku diawal tulisan, daku pikir perlu banget punya asuransi kesehatan karena biaya rawat inap di Jakarta itu mahal, otomotis daku butuh proteksi keuangan untuk hal ini.
  • Asuransi Jiwa: Kalo ini, berhubung daku juga punya, intinya asuransi ini akan melindungi kita/keluarga kita atas kerugian financial atas meninggalnya seseorang. Bila nanti *amit-amit, ketok-ketok meja* bila pemegang polis meninggal dunia atau kecelakaan ada dana yang akan membantu menutupi pengeluaran hidup untuk ahli waris gitu. Penghitungannya agak ribet, jadi mending tanya sama agen asuransi tepercaya 😀
  • Asuransi Cacat: Penjelasan dari Mas Aidil, katanya asuransi jenis ini diperlukan apabila terjadi resiko cacat baik karena kita sakit ataupun karena kecelakaan. Asuransi ini sendiri ada yang melindungi penghasilan kita (disability income) atau ada yang melindungi biaya perawatan selama kita cacat. Di Indonesia, kita bisa membelinya sebagai asuransi tambahan (rider) ketika membeli asuransi jiwa.

Banyak juga ya produk asuransi, fiuh! Pasti jadi bingung mau beli asuransi apa atau produk dari asuransi mana? Daku aja bingung, hihi… Tetapi, seingat daku dari #Obsat kemarin, kalau kita mau memilih asuransi, pilihlah asuransi yang sudah punya nama besar. Indikatornya kita bisa lihat dari penilaian/rating dari lembaga tepercaya, biasanya ada tuh di majalah keuangan. Selain itu, cari juga yang cabangnya udah ada dimana-mana supaya tidak merepotkan.

Lalu, pilihlah agen yang bisa dipercaya. Kalau daku sih kebetulan punya temen lama yang jadi agen asuransi dan dia mau daku gangguin kapan aja untuk jelasin produknya dan proteksinya, hihi. Karena kalo kita kenal baik tentu akan lebih mudah untuk proses klaim kedepannya kalo ada apa-apa, gitu. Terakhir, kalo kita pengen tahu produk asuransi dari mana yang bagus? Jawabannya, tanya sama pihak rumah sakit dan cek rekomendasi mereka. Dipikir-pikir bener juga ya, toh mereka pasti lebih tahu pihak asuransi mana yang mudah untuk mengurus klaim dan hal lainnya. Tapi yang penting, pesen dari Mas Aidil jangan pilih asuransi unit-link karena lebih banyak ruginya daripada untungnya. Jelasnya boleh lho menjelajahi blognya Mas Aidil di sini.

Intinya, pilihlah asuransi dengan bijak plus pilih premi yang sesuai dengan pemasukan bulanan kita juga. Setiap orang – termasuk daku – butuh asuransi untuk mengganti kerugian atau resiko kesehatan. Misalnya aja kayak program CIGNA Executive Protection. Kita bisa lho bayar premi mulai dari 39 ribu sampai 119 ribu per bulan, lalu bila pemegang polis tersebut mengalami keadaan pengobatan atau meninggal dunia akibat kecelakaan, misalkan dengan premi 39 ribu, pemegang polis bakal dapat bantuan 250 juta bila meninggal atau 2,5 juta bila membutuhkan pengobatan. Bayangin aja, 39 ribu itu sama aja kayak satu cangkir kopi yang sering daku beli *tatapan nanar*. Padahal dengan dana segitu daku bisa memproteksi diri. Jadi mumpung kita masih sehat dan berpenghasilan, yuk asuransikan diri kita J Btw, terima kasih untuk #Obsat dan CIGNA yang udah bikin acara keren ini, daku banyak tambahan ilmu nih, hihi… Eh iya, ada polling siapa yang butuh asuransi dengan klik link ini yaaa… (*)

 

 

Author: Dimas Novriandi

An Indonesia-based lifestyle blogger covering city life, style, travel, gadget, book and menswear world.