Suatu ketika di satu kedai kopi, teman saya menyatakan kekesalannya sambil membaca linimasa akun soial media rekannya yang penuh keluhan akan pekerjaannya, “Kalau memang sudah gak nyaman, kenapa harus bertahan, sih? Kenapa gak resign aja dan cari kerjaan baru?”. Ia pun terus scrolling sambil terus berkomentar.
Teman saya yang lain pun menimpali, “Gak semudah itu juga kali dapat kerjaan baru. Banyak yang harus dipertimbangkan. Misalkan kayak gue, siapa yang mau bayarin cicilan kartu kredit gue? Haha”.
Saya pun ikut tertawa sambil manggut-manggut setuju. Kemudian saya pun bertanya sambil mata tetap tertuju ke layar laptop, “Memangnya gimana cara termudah supaya kita tahu kalau kita masih nyaman atau tidak di tempat kerja?”.
Teman saya lainnya pun menimpali, “Cara termudah? Gampang, Dim. Kalau lo setiap Senin pagi dan ketika mau berangkat kerja rasanya berat banget, artinya lo udah gak nyaman. Simple, kan?”.
Saya pun memandang teman saya, “Suka atau tidak suka akan Senin? Semudah itu?”. “Iya, semudah itu,” teman saya menjawab dengan yakin.
Saya pun mulai berpikir apakah selama ini saya pernah benci hari Senin? Well, rasanya saya selalu bahagia untuk datang ke kantor di Senin pagi. Bahkan hampir setiap hari saya selalu berusaha untuk hadir sejam lebih awal dari jam masuk kantor. Saya mencintai hari Senin sama halnya dengan hari-hari lainnya. Walau ketika harus bertemu dengan deadline, saya terkadang tidak menikmati hari apa pun yang berputar terlalu cepat, haha.
Bagi saya terkadang ketidaknyamanan itu menular. Ketika kita membaca tulisan atau update yang berisikan kemarahan atau kekesalan yang terus-menerus di social media rasanya seperti menekan tombol negatif di dalam diri orang lain. Layaknya dementor. Mengisap rasa bahagia dengan seketika.
Makanya tidak jarang saya mendengar teman yang unshared temannya di Path karena, “Ah isinya ngeluh melulu, capek bacanya”. Atau teman saya yang lain dengan segera unfriend temannya di Facebook karena lelah membaca kekesalan temannya akan salah satu tokoh politik. “Move on kali, capek bacanya,” ujarnya sambil merengut.
Terkadang kita tak sadar, social media menjadi ranah umum. Tidak ada rahasia yang betul-betul rahasia, karena itulah kita harus bijak untuk update sesuatu di akun yang kita miliki. Lalu, bagaimana caranya dong kalau ingit curhat? Hm, karena itulah Tuhan menciptakan orang-orang yang kita panggil keluarga atau sahabat, seringnya cerita secara langsung biasanya akan membuat lebih lega. Karena pada akhirnya, kita ingin didengarkan, bukan untuk dibaca, dikomentari, lalu harus kehilangan pertemanan karena emosi sesaat. Nah kamu sendiri, do you love your Monday? (*)