#DearJakarta: A reply letter to you.

Dear Hanny, 

A memory is a photograph taken by the heart to make a special moment last forever.

Seandainya saja, mata ini serupa dengan kamera yang sering kamu jinjing di setiap langkah kecilmu, mungkin aku sudah meyimpan ribuan album memori yang ingin kuceritakan detailnya satu persatu. Di antara tawa lepas, senyum tipis, sampai air sudut mata yang jatuh diantara sesapan latte dingin dan titik-titik air yang luruh di pelataran.

Aku baru saja pulang, Han. Menikmati teriknya matahari, menggengam air laut, menatap karang-karang cantik, sampai aroma makanan yang asing tetapi luar biasa ketika disesap. Aku menyadari. Betapa waktu telah membuat aku cepat lupa. Lupa akan rasanya berjalan di pasir putih dengan kaki telanjang, lupa akan rasanya tertawa lepas sampai jam 2 pagi diantara cerita, lupa akan rasa bahagia atas sentuhan di pundak dari teman baik, dan… lupa betapa beharganya menikmati saat ini. Sekarang. Seperti yang kamu tulis di surat indah yang telah aku terima.

There’s always gonna be that one thing you hate but you can’t change. Kamu ingat cerita kita di bawah bintang dan siluet kucing hitam di waktu itu? There’s always be that one thing that I can’t change. Tetapi, aku sudah mulai menerima. Belajar untuk menjadi diri sendiri yang kuat. Memaafkan, mengampuni, lalu mulai berjalan dengan langkah pasti sampai kamu melihat bayangan punggungku mengecil di ujung jalan. Karena, aku dan kamu percaya, ketika hidup menjadi terasa begitu sempurna, dunia akan menjadi tampak membosankan. Aku akan merayakan setiap momen. Menyimpan setiap pertemuan. Lalu meletakkannya satu per satu di album memori. Lalu nantinya kujadikan sekumpulan momen dimana kamu akan terpekik riang ketika melihatnya. Karena aku bahagia. Dengan sendirinya. Dengan sendiriku.

That one mistake you can’t take back. Keputusan yang tidak tepat. Masa lalu yang terus mengejar. Tetapi bukankah itu juga menjadi bagian dari memori, Han? Aku tak ingin – walau bukan berarti tak pernah – menyesali masa lalu. Karena rasanya seperti membawa buku yang telah penuh sesak akan tulisan, tapi aku terus menulis kisah yang sama di atas kertas yang tak berbeda. Useless. Toh, hidup akan terus berjalan. Tuhan akan terus mendengarkan. Dan kamu… akan terus berada disana untuk menepuk pundakku yang kadang terasa berat.   

That one memory you would do anything to have again. Satu memori yang akan kita simpan untuk seterusnya. Sekarang. Selamanya. Kamu percaya Han, bahwa akan selalu ada satu memori yang ingin selalu kamu genggam di tanganmu? Mulai dari awal kita terjaga pagi sampai ketika mata mulai terpejam. Mungkin… Itu yang dinamakan cinta. Satu hal yang terkadang membuat kita menjadi manusia paling egois karena kita ingin terus memilikinya. Padahal, terkadang cinta memilih untuk hadir diantara saat-saat sekarang. Mulai dari sepucuk surat, matahari terbenam, angin di balik telinga, dan sebaris ucapan selamat ulang tahun di sepotong kartu kecil. Dan aku, akan menyimpan setiap momen dengan hati dan akan mengenangnya tanpa rasa sesal. I will live with no excuses and love with no regrets.

Love,

Dimas

#DearPhuket: Selamat datang 32!

Novotel Hotel Phuket. 01.11 WIB.

Dulu daku pernah bilang ke salah satu sahabat,

“Daku gak pernah tahu, tahun depan berada dimana, merayakan ulang tahun dimana, dan bersama siapa. Selalu ada kejutan dalam hidup”.

Dan disinilah daku sekarang, merayakan ulang tahun ke-32 di Phuket, Thailand dengan beberapa teman baik – Goenrock, Tasya, dan Vabyo. Serta beberapa teman baru yang seru – Mas Jimmy, Mas Rully, Nuniek, Syafiq, Ridwan, & Samuel. Kejutan. Satu per satu kejutan menjadi pengiring perjalanan daku di usia 31 tahun.

Beberapa keputusan besar harus dipilih. Memutuskan back for good dari Bangkok, melepaskan kesempatan bekerja di negara lain, dan berpindah kerja untuk ketiga kalinya di tahun yang sama. The highlight is still about career life. Perjalanan seperti rollercoaster yang tampak melelahkan, walau ternyata tidak. Semua menjadi perjalanan luar biasa. Setiap keputusan yang diambil, daku percaya, akan membawa ke satu hal besar lainnya. Bertemu dengan banyak pimpinan hebat, belajar dari kolega yang cerdas dan pantang menyerah, dan mendapatkan inspirasi dari semua project yang dijalani. Semua seperti puzzle yang saling melengkapi. Dan daku dengan semangat mengumpulkan kepingan itu satu demi satu.

Ulang tahun kali ini, tiada tiup lilin, tiada pesta, tiada keriaan yang berlebih. Tetapi semua terasa sesuai dengan porsinya. Ucapan selamat ulang tahun dari keluarga, sahabat, dan teman-teman yang luar biasa di berbagai jaringan social media memberikan senyuman lebar yang tak habis-habisnya. I feel blessed. Semua terasa cukup ketika kita menghitung berkah yang kita miliki. Bukankah seperti itu?

Ada yang bertanya, bagaimana rasanya berusia 30-an? Buat daku, rasanya lebih nyaman dengan diri sendiri. Bukan saatnya lagi menjadi ambisius dalam banyak hal, lebih banyak bersyukur dengan apa yang dimiliki, dan yang pasti, menikmati lingkar persahabatan yang ada. Ada benarnya juga, semakin bertambah umur, kita akan lebih menghargai pertemanan dan waktu. Waktu yang tak akan pernah mampu membeli pertemanan, dimana pertemanan tidak akan habis oleh waktu.

Sepanjang usia 31 kemarin, mungkin daku lebih merasa ignorance dibandingkan usia-usia sebelumnya. Hal-hal kecil seperti mengucapkan selamat ulang tahun, bertanya apa kabar randomly tanpa ada tujuan tertentu, dan hal-hal hangat lainnya semakin berkurang. Semua dengan satu alasan: waktu. Daku banyak belajar, uang juga bukan yang utama dalam hidup. Waktu dan uang menjadi musuh dalam selimut yang menggoda. Sekarang, tantangan yang sebenarnya adalah menyusun prioritas terbaik, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain dan sekitar.

Lalu apa yang kucari di usia 32 tahun ini? Kesehatan, kebahagiaan, dan ketenangan.  Kesehatan menjadi penting karena usia tidak muda lagi. Saatnya untuk mulai berolahraga dan menghargai tubuh sendiri. Kebahagiaan dengan menghargai apa yang dimiliki dalam segala hal dan sebisa mungkin berbagi ilmu dengan sekitar. Ketenangan tentunya menjadi satu hal yang penting. Menjalani hari-hari dengan langkah ringan, termasuk bekerja sesuai dengan pilihan hati. Selain itu, mengejar mimpi-mimpi yang belum terpenuhi yang saat ini disimpan dalam hati tetapi semoga dapat terpenuhi.

Terakhir, terima kasih. Untuk kamu yang membaca tulisan ini, yang daku tahu, kamu dengan ikhlas mengamini dan turut mengantarkan semua doa ke depan pintu-Nya. Semoga kita berjumpa lagi di tahun depan pada angka 33. Bismillah. 🙂

Note: Terima kasih untuk XL dengan perjalanan #XlaluHore #XL1Tariff yang seru ini!