Memilih Untuk Bahagia

Pernahkah kamu berambisi untuk mendapatkan sesuatu atau mengejar satu tujuan, lalu ketika kamu telah mencapainya ternyata kamu tersadar hal itu bukanlah tujuan akhir yang kamu cari? Saya pernah dan tidak hanya sekali. Terkadang apa yang kita harapkan dan bahkan sudah kita persiapkan dari jauh hari, ternyata tidak berbanding lurus dengan harapan dan tujuan hidup yang tiba-tiba berubah karena dalam perjalan hidup akan selalu menemui kejutan baru. Perpisahan, pertemuan, kebahagiaan, kesedihan, kematian, dan seluruh kejutan-kejutan kecil atau pun besar dalam hidup.

Seorang sahabat baru saja mengatakan kepada saya,

Ingat gak Dim dulu kita berjuang keras dan ambisius melakukan banyak hal? Sekarang aku merasa sampai titik dimana aku tak lagi berambisi mendapatkan gaji lebih tinggi, posisi karir lebih di atas, atau hal-hal lain yang seakan-akan aku harus menunjukkan kepada semua orang kalau aku… berhasil. Berhasil untuk siapa? Sekarang yang paling penting aku harus merasa nyaman dengan apa yang aku kerjakan, apa yang aku pikirkan, dan menjadi bahagia sebagai diri aku sendiri.

Saya mengangguk-angguk setuju sambil menyesap secangkir kopi latte. Saya sendiri berpikir, hidup bukanlah hanya sekedar mengejar ambisi atau passion. Tidak semua orang memiliki endurance yang sama untuk bisa gagal berkali-kali sampai berhasil. Memilih satu hal yang bisa membuat kita bangun tidur dengan bahagia setiap hari, tidak merasa tertekan ketika mengingat besok sudah kembali hari Senin, atau percaya bahwa kita melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang lain, rasanya sudah lebih dari cukup. Karena bagi saya tidak semua orang terlahir di dunia ini untuk menjadi pemeran utama dalam hidup. Tepuk tangan pasti akan terhenti, lampu sorot akan kembali meredup, dan tirai akan menutup.

Walau ratusan pertanyaan masih tetap beterbangan di atas kepala. Apakah tidak apa menjadi bukan siapa-siapa? Apakah salah menjadi serba biasa? Dan apakah artinya saya mengalah dan kalah? Tetapi teman saya pernah berkata,

Pilihlah bahagia karena menjadi bahagia adalah satu hal yang bisa kita pilih.

Lalu saya pun memilih untuk bahagia. Walau perjalanan hidup akan selalu ada kejutan. Bukankah itu esensi menjalani hidup? Jadi, sudahkah kamu memilih bahagia? (*)

Saldo Kesalahan di Tahun Baru

Tahun baru biasanya diiringi resolusi baru. Saya sendiri biasanya rajin menulis resolusi yang saya harapkan untuk setahun ke depan. Bahkan saya dengan sahabat-sahabat saya biasanya sebelum pergantian tahun menuliskan masing-masing resolusi kami di secarik kertas, lalu semuanya tanda tangan sebagai tanda kewajiban bagi kami untuk merealiasikannya. Lalu apa yang terjadi, Dim?

Sejujurnya, dari semua resolusi yang saya pikirkan dengan sepenuh hati itu, tak satu pun yang terwujud, haha. Begitu banyak alasan dibaliknya, mulai dari rasa malas, bingung memulainya, terputus di tengah jalan, atau menyadari, hidup tak lagi sekedar ambisi.

Di akhir tahun kemarin saya bertemu dengan salah satu sahabat saya dari jaman awal kuliah. Kami melewati hari-hari bersama di kampus, di tempat kerja part-time, sampai di warung-warung pinggir jalan di kota Jogja. Sekarang dia menjadi salah satu direktur di perusahaan global dan sudah sekian tahun menetap di Amerika. Di antara cerita tentang masa muda kami, terseliplah satu cerita mengenai karir. Ia mengatakan,

Jadi Dim, di dalam karir itu – dan mungkin bisa diterapkan juga dalam hidup – kita selalu punya satu saldo untuk melakukan kesalahan. Kesalahan dalam memilih karir, kesalahan dalam mengambil keputusan dalam hidup, dan kesalahan-kesalahan lainnya. Tapi ingat, bukan berarti mindset kita ketika memilih sesuatu karena masih punya saldo kesalahan, kita tetap harus memilih dengan percaya diri. Kalau gagal, cukup sekali dan saldo kita sudah habis. Lalu, do it better in the future.

Aku pun berpikir. Tampaknya di tahun 2016 ini begitu banyak saldo kesalahan yang aku keluarkan. Seperti kartu AS yang bertumpuk dilepaskan dari genggaman tangan. Sebagian besar karena keputusan yang berdasarkan emosi atau emotional decision. Well, karena tidak selamanya semakin dewasa kita menjadi lebih wise untuk hal tertentu. Tapi tentu saja semua ini menjadi pelajaran demi pelajaran seperti menggambar di kertas karton putih polos. Bisa jadi, gambar ini akhirnya menjadi satu lukisan yang menarik untuk disimak atau hanya akan menjadi tumpukan gulungan karton di pojok kamar.

Tahun 2017 akan menjadi tahun yang menarik bagi saya, karena saya punya beberapa rencana yang ingin saya realisasikan. Tapi kali ini stock saldo saya sepertinya sudah habis, jadi harus berhati-hati ketika memilih atau pun mengambil keputusan. Terkadang, mendengarkan nasihat dari orang-orang terbaik di sekeliling kita juga penting, karena tanpa kita sadari keputusan yang kita ambil akan berpengaruh kepada mereka. Misalkan saja, ketika kamu salah memilih jurusan di kampus atau karir, dan ketika kamu mengeluh setiap harinya, kamu hanya akan menjadi dementor di lingkunganmu. Apakah mereka pantas untuk mendengar keresahan kita setiap hari? Walau tentu saja mereka akan selalu membuka diri dan siap dengan tepukan di punggung ketika kita merasa lelah.

Jadi, saya hanya ingin menyampaikan, selamat tahun baru 2017 dan mari gunakan saldo kesalahan kita sebaik mungkin! Jadi, saldo dalam hal apa yang sudah kamu gunakan di tahun 2016? (*)