Ekspresi wajahku datar. Senyumku tak mungkin tersungging. Nafas terasa berat dan detak jantung terasa cepat. Mataku menatap mereka tanpa jeda. Marah. Tapi aku harus tetap menahan diri. Tangan dan kakiku pun terikat tali yang sangat erat.
“Sudahlah, tak ada gunanya kamu diam! Katakan, siapa yang mengirimmu kesini!”
Pria berjaket kulit hitam itu kembali bertanya sambil berlagak menghunuskan pisau tajam itu di dadaku. Perih.
“You wish! Percuma kalian bertanya. Cuih!”
Kuludahkan air liurku ke muka pria berjaket kulit itu. Dan wajah bengisnya pun menjadi merah. Menahan amarah yang membara. Dan…
“DAR! PRAK!”
Sebuah kursi kayu menghantam tepat di kepalaku, dan lalu aku terkulai dengan darah menetes di pelipis. Gelap.
Adegan dimana itu? Film? Wah bukan! Itu hanya sepenggal cerita yang kadang muncul di otak. Berfikir seandainya aku menjadi seorang secret agent alias agen rahasia yang kemudian dengan apesnya tertangkap basah ketika bertugas. Pemikiran aneh? Hm gak juga sih. Karena diantara cita-citaku yang segudang, mulai dari menjadi peternak sampai berharap ditemukan pemandu bakat ketika jalan-jalan di mal untuk menjadi artis mereka, aku punya cita-cita yang menurutku… cool. Being secret agent. Bukan sekedar menjadi agen rahasia seperti James Bond yang selalu dikelilingi wanita-wanita cantik, berpakaian keren dan selalu menyebut namanya sendiri ke arah musuh. Terbayang misalnya aku menjadi agen mereka, pasti ada saatnya aku harus menyebutkan,
“I’m Dimas. Dimas Novriandi.”
Uh aneh kan? Kepanjangan pula! Bisa-bisa sudah mati duluan kali pas aku nyebutin nama doang. Makanya, aku cuma ingin jadi agen rahasia biasa. Yang bisa bertugas lintas benua. Handal berperan menjadi orang lain dan fasih berbagai macam bahasa ketika menyamar. Makanya, kalian pikir buat apa aku selama ini belajar bahasa Mandarin sampai Jepang? Jawabannya sih, iseng doang, makanya sekarang sudah lupa semua, haha.
Tapi beneran, seandainya aku menjadi agen rahasia, kemungkinan berhasil akan cukup besar. Kenapa?
- Tampangku yang biasa-biasa saja, rambut model ubur-ubur, berkacamata, dan punya gaya berjalan yang basi. Pasti orang gak pernah menyangka kalau aku agen rahasia ternama dan sedang melakukan tugas besar.
- Pernah mencoba bermacam-macam pekerjaan. Tentunya sangat menguntungkan jika mendapat tugas menyamar dalam bertugas. Dari tukang parkir sampai anak jenderal pasti sukses diperankan.
- Pandai menyimpan rahasia. Sampai sekarang gak ada yang tahu kan kalau aku sebenarnya Superman? Tuh buktinya….
- Handal mengoperasikan alat-alat berbau teknologi, misal: kalkulator, magic jar, walkman, sampai men-charging handphone.
- Bisa survive dalam keadaan apapun. Dari patah hati sampai tak punya uang sepeserpun masih mampu bertahan hidup.
- Juara ngeles ketika tertangkap basah melakukan sesuatu. Misal : “Heh kamu mencontek ya? Sini kertasnya kasih ke ibu!” Dan jawabannya: “Tuh kan udah gue bilangin, gak usah nyontek! Capek-capek gue simpenin contekan lu, malah gue kan yang kena tuduh!.” Sambil menghadap ke teman kursi sebelah yang bertampang bengong dan tak tahu apa-apa.
Tuh kan? Betapa berbakatnya aku menjadi seorang agen rahasia. Seandainya di Indonesia menjadi agen rahasia tidak sulit, pasti sekarang aku sudah berada di timur jauh untuk melakukan tugas mata-mata yang sangat penting.
Sayangnya untuk menjadi agen rahasia a.k.a mata-mata di Indonesia tidaklah mudah. Kita harus mengikuti pendidikan yang tidak gampang pula. Dengan seleksi ketat dari siswa lulusan SMU se – Indonesia, pemerintah RI mendapatkan calon-calon yang berbakat untuk dididik sesuai dengan standar jenjang S 1. Bahkan gosipnya sekarang pun sudah ada kampus S 2 untuk menjadi agen rahasia BIN (Badan Intelejen Nasional) yang letaknya ada di pulau Batam (duh, kuliah apa belanja jeng?). Seru ya! Seandainya ada yang menawarkan aku untuk bisa kuliah di kampus itu, tentu tak akan pernah kutolak.
Yah… Misalnya plan A untuk menjadi agen rahasia negara sendiri gagal, masih ada plan B kok. Plan B-nya mungkin aku bisa menjadi mata-mata asing yang bekerja dibawah CIA, KGB, MI6, atau dibawah institusi agen rahasia negara lainnya. Tapi permasalahannya, segitu tipisnya kah nuraniku untuk mengkhianati negara? Wah, perlu dibayar mahal sekali untuk harus melakukan itu semua, hehe. Lah belum apa-apa masa dah mau membelot ya.
Tapi kenyataan tetaplah kenyataan. Aku hanya mahasiswa biasa. Yang tiap hari berhadapan dengan dosen dan buku. Berakting menjadi orang lain pun hanya bisa dilakukan sesekali kalau lagi iseng dengan orang tak dikenal ketika dalam perjalanan di pesawat atau kereta. Lagi pula salah sendiri mengajak ngobrol kalau dah tahu aku mau tidur. Hehe.
Bagaimanapun, menjadi agen rahasia atau mata-mata tetap kusimpan sebagai cita-cita yang mungkin suatu hari tercapai. Dan selama masa tunggu ini, aku akan terus belajar dan mempersiapkan diri dengan matang. Mana tahu suatu hari nasibku berubah dan lalu menjadi agen rahasia yang paling diandalkan? Ya apes-apesnya, mungkin aku bisa mencoba menjadi agen sabun cuci Sunlight ala Krisna Mukti seperti iklan di TV itu. Duh! (*)