Dear Dian Sastrowordoyo kekasihku,
Dian sayangku, kemanakah engkau selama ini? Kakanda mencarimu ke pantai, tapi dinda tak ada, ku lari ke hutan, kok ketemunya sama monyet. Sebel! Dianku, apakah kamu masih sibuk dengan urusan asisten dosen di kampus? Semoga tetep semangat ya… *kedip-kedip* Sebenarnya daku kesal dengan kamu sayang. Dulu ketika daku kuliah di Fakultas Filsafat, eh kamu kuliah di Fakultas Hukum… Eh pas daku bela-belain pindah ke Fakultas Hukum dengan harapan nantinya kita bisa ngobrol asik tentang dunia hukum yang carut marut kayak cendol, kamu malah pindah ke Filsafat, gimana sih?! Duh… Untung aja setelah enam tahun kamu berhasil lulus sayang, dan aku… terjebak tujuh tahun di kampus ini gara-gara kamu *ambil biola, maenin lagu sedih*
Dian cintaku, sebentar lagi kamu ulang tahun kan? Kakanda sudah mempersiapkan hadiah isimewa untukmu… Inget kan jaman kita masih muda dulu, ketika perutku belum membuncit dan rambutku belum seperti ubur-ubur? Aku yakin Dian sayang gak lupa dengan foto mesra kita berdua itu. Kamu dulu pernah berharap, suatu hari nanti foto kita itu bisa ditayangin di acara Ceriwis sebagai foto ‘saat-saat indah bersama dengan kekasihku yang tampan’. Kamu inget kan? Nah itu lah hadiah yang kupersiapkan, foto kita berdua seukuran gajah lampung yang bakal ngingetin kamu akan daku.
Dian tambatan hatiku, aku tahu, kamu ingin sekali menulis tentangku di blogmu yang masyur itu. Saat-saat kita berdua bengong sambil ngupil di bawah pohon rambutan, atau pun saat rebutan rol rambut supaya rambut kita bisa keriting keren kayak si Nicholas SA-PA-SIH itu. Aku tahu kok sayang… Tak usah malu, biarkan semua mengetahui kisah kasih kita.
Dian belahan jiwaku, tapi perkenankanlah aku memohon maaf sebelumnya sayang… Melalui surat ini, aku hanya ingin bilang… Tolong lupakan aku. Aku tahu, pasti sungguh sulit untukmu. Tapi aku tak bisa membelah hatiku menjadi dua. Bukankah cinta juga tak boleh poligami? Aku sungguh mengerti dan yakin, kamu bisa sukses tanpa aku sayang… Biarkan aku bahagia dengan yang lain, dengan dia yang lebih menyayangiku apa adanya. Dia adalah… Sandra Dewi. Iya, dia memang mirip dengan kamu. Tapi Sandra bukanlah tandinganmu sayang, percayalah! Aku bukan meninggalkanmu, hanya terlepas darimu… *lho ini kan kata-kata Noe Letto?*
Dian mantan pacarku, demikianlah surat ini aku tulis. Tetaplah menjadi bintang di langit dan aku menjadi bulan yang selalu menemanimu. Sampai jumpa lagi sayang… Sering-seringlah mampir ke blog aku. Karena hanya disinilah kita dapat bertemu. Sun sayang dari jauh…
Aku si tampan,
Dimas Novriandi