Belajar. Dari kecil tentu dong kita sudah dicekoki dengan yang namanya belajar. Belajar jalan. Belajar berbicara. Sampai belajar di bangku formal yaitu di sekolah selama 12 tahun sampai dilanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Aku masih ingat ketika mulai belajar di universitas. Kupikir ini sudah saatnya untuk tidak hanya sekedar mondar-mandir kampus ? kamar – kantin, tetapi seharusnya juga menambah bekal ilmu dari kehidupan nyata, belajar dari sekeliling kita.
Setelah dihitung-hitung, tak sadar kurang lebih sudah lebih dari 7 tahun aku bekerja sambilan di beberapa tempat, menclok sana menclok sini, walau duitnya sampai sekarang gak ada satu rupiah pun yang berhasil di tabung, hihi. Tapi setidaknya aku banyak belajar dari tempat kerjaku dan juga dari mereka, orang-orang sekelilingku *ngeles mode on*
Aku mencoba-coba untuk mengingat, apa saja yang benar-benar membuat aku tergugah untuk menjadi seorang Dimas, sebagai pribadi yang lebih baik dari sebelumnya:
Sebagai penjaga konter kaos
Coba deh inget-inget, pasti kamu pernah kan yang namanya milih-milih baju di mal atau di butik? Biasanya ritual yang dilakukan seperti ini: kamu ambil satu baju yang sudah di tata rapi dengan apiknya, dipaskan di badan, kemudian melemparkan kembali baju itu tanpa terlipat seperti sedia kala? Aduh Mas… Mbak.. Tahu gak sih yang namanya ngelipat baju bukan pekerjaan mudah? Apalagi harus ditata rapi kembali. Bayangkan kalau setiap menit penjaga konter harus menata kembali baju-baju yang kamu berantakin, capek kan?
Pembelajaran : Rapikan/lipat kembali baju yang kamu ambil dari display atau rak. Intinya letakkan sesuatu dengan baik di tempat yang telah disediakan.
Sebagai Sales Promotion Boy
Memang tampaknya ini pekerjaan yang banyak dibilang orang tidak membutuhkan kinerja otak dengan maksimal. Cukup bermodalkan wajah menarik, postur proposional dan kemampuan komunikasi yang baik. Dulu aku berpikiran sama seperti itu, tapi kenyataannya? Tak semudah itu lho menjadi SPG atau SPB. Mereka juga harus punya stamina yang kuat, kemampuan menghafal product knowledge termasuk teknologi yang menyertainya, serta kesabaran. Kenapa kesabaran? Aku belajar lagi disini. Pasti pernah kan kita bertemu dengan mereka yang membagikan brosur atau pun sekedar menawarkan suatu barang? Betapa sakit hatinya ketika brosur yang dibagikan dibuang di depan mata atau menolak barang yang ditawarkan dengan tatapan tak bersahabat.
Pembelajaran : Selalu ucapkan terima kasih dengan senyum ketika diberikan brosur atau suatu penawaran walau kalian menolaknya. Karena itu sangat berarti buat mereka. Kuncinya, menghargai pekerjaan orang lain.
Sebagai Liaison Officer
Tampak luar, pekerjaan ini tampaknya sangat bergengsi. Menjadi penterjemah tamu asing, berpakaian rapi, standar gaji tinggi, dan bisa bertemu dengan orang-orang terkemuka di bidangnya. Betul, memang gak ada yang salah. Tapi apa ada yang tahu terkadang seorang LO juga bekerja sebagai pembuka pintu gedung suatu eksibisi? Berjam-jam menggunakan setelan jas dalam posisi berdiri mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada tamu yang keluar masuk sambil membukan pintu. Faktanya, jarang sekali orang Indonesia yang dibukakan pintu mengucapkan terima kasih atau memberikan seulas senyumi. Berbeda sekali dengan tamu asing, mereka selalu mengucapkan terima kasih dengan tulus dan bersahabat. Satu pembelajaran baru.
Pembelajaran : Anggap semua orang itu sama. Janganlah pernah membeda-bedakan manusia berdasarkan status pekerjaannya. Jadi, belajar untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada mereka yang membantu kita, salah satunya ketika kita dibukakan pintu. Hal kecil tapi bermakna besar.
Sebagai penyiar
Pekerjaan yang menyenangkan. Dibayar karena mendengarkan lagu, bercerita kepada orang lain dan duduk di ruang yang dingin. Bahkan gak ada yang tahu kalau kita siaran dalam keadaan belum mandi pun, hihi. Tapi banyak sekali tantangan menjadi penyiar radio. Salah satunya adalah berempati. Mendengarkan cerita sedih ataupun senang dari orang lain yang bahkan kita tak pernah tahu wujudnya seperti apa tentu tidaklah mudah. Berteman dengan pendengar tidak hanya ketika di udara, ketika bertemu di darat pun kita haruslah tetap menjadi orang yang sama, bersahabat.
Pembelajaran : Berteman itu bisa dengan siapa saja, tidak memandang status ataupun latar belakang mereka. Dan terkadang, kita tidak harus memberikan kata-kata bijak kepada teman yang sedang bersedih, hanya dengan mendengarkan dengan empati kita, itu sudah cukup bagi mereka.
Pesan-pesanku diatas bukan bermaksud menggurui lho, hanya sedikit memberikan pencerahan, halah! Hehe. Aku jadi teringat dengan salah satu motto dimana aku pernah magang menjadi salah satu jurnalis mereka,
Everyplace is school and everyone is teacher.
Bayangkan, betapa banyak hal yang bisa kita pelajari dari sekeliling kita. Tidak harus dengan membuka buku ataupun mengerjakan tugas berlembar-lembar. Buka mata dan lebarkan telinga. Lihatlah sekeliling kita dan belajarlah. Mulai saat ini, kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. (*)