
Warung Burjo. Singkat namanya namun panjang manfaatnya, cailah. Kepanjangan dari burjo sendiri adalah bubur kacang ijo, tapi bukan berarti yang dijual hanya jenis makanan itu doang lho. Disana kita bisa beli gorengan yang kadang udah sedingin es batu, bubur ketan item (ini favorit sayah), mie instan goreng dan rebus, bahkan beberapa konter (duh konter gitu…) jualan nasi dengan lauk-pauk sederhana. Bukanya pun biasanya 24 jam non-stop. Jadi yang namanya burjo ini sudah sangat akrab sekali dengan anak-anak kos di Jogja. Bisa disimpulkan mereka turut mencerdaskan bangsa dan memiskin kantong mahasiswa.
Nah, deket kos sayah aja kurang lebih ada 4 burjo. Tapi yang paling kujadikan idola adalah burjo di seberang jalan besar. Paling jauh dibandingkan 3 burjo lainnya, karena kalo ngesot kesana pasti bakal capek banget, suer! Hihi….
Selain karena Aaknya (dipanggil Aak karena rata-rata penjualnya dari Kuningan, bukan penjualnya yang terbuat dari kuningan *dasar bodoh!* Tapi daerah asal mereka yang dari Kuningan, Jawa Barat) udah akrab gitu. Mereka juga paham dengan kegemaran sayah, mie tanpa sayur ataupun semangkuk ketan item dengan santan yang cukup banyak.
Makanya ketika suatu sore rasa lapar sudah mendera dan tubuh sudah tak mampu lagi bertahan, sayah pun meluncur ke burjo ituh. Continue reading “dilema warung burjo”