aku berbicara kematian

sepotong percakapan antara dua sahabat di sebuah film …

“Lu pernah gak membayangkan bagaimana jika suatu hari nanti kita mati?”

“Maksud lu bro?”

“Iya, ketika kita mati, pernah gak lu ngebayangin, siapa saja yang akan datang menangisi kita, siapa saja sahabat sejati kita, dan apakah kita sebegitu berkesannya di hati mereka, sampai mereka harus datang ke pemakaman kita diantara kesibukan yang ada”

“Apaan si lu ngomong kayak gitu?! Orang normal gak pernah mikir kayak gitu?”

“Yah… gue kan cuma pengen tahu bro…”

Dan cerita pun dilanjutkan dengan adegan bunuh diri oleh tokoh yang bertanya itu, walaupun akhirnya terselematkan.

————————————————————————————————-

Continue reading “aku berbicara kematian”

kenapa harus aku?

“Iman! Kenapa harus aku sih yang jadi interpreternya representative UNSW?! Lu kan tau English ku lagi cacat-cacatnya?”

Rasanya ingin menangis. Aku gak PD. Sudah lama tak berkomunikasi dengan bahasa asing itu. Membayangkan orang-orang mengantri ke meja konsultasi UNSW (University of New South Wales – Australia), dengan 2 representative bule di kanan-kiriku, dan aku harus menterjemahkan kata per kata yang mereka bicarakan kepada orang Indonesia yang bertanya, langsung membuat keringatku mulai mengalir.

Sudah sejak 2001 aku bekerja lepas sebagai Liaison Officer, istilah kerennya perantara atau pendamping (eh moga bener ya), istilah gak kerennya, bagian bantu-bantu serba bisa, hihi… Pengalaman bekerja pertama sebagai LO sewaktu ada event internasional Asean Tourism Forum tahun 2001. Bertemu dengan orang-orang asing dari seluruh dunia dan berinteraksi dengan mereka sungguh menyenangkan. Seharusnya. Continue reading “kenapa harus aku?”