Tiba-tiba aku teringat dia…
Dia yang duduk di bangku tepat dibelakang kursiku, ketika kami pertama kali bertemu di kelas SMU. Dia yang memakai peci hitam yang hampir menutup matanya dan tersenyum tulus dengan gigi terkurung kawat. Dan dia yang tampak malu memandang wanita disekeliling, karena pendidikan pesantren terlanjur begitu kental di darahnya.
Tiba-tiba aku teringat dia…
Dia yang kemudian menjadi teman ceritaku, teman menyusuri jalan kecil menuju sekolah itu, dia mendengarkan kisahku, aku mendengarkan kisahnya. Dan dia yang tak pernah bisa marah jika seseorang mengganggu hatinya. Continue reading “tiba-tiba aku teringat dia”