malam di stasiun tugu

Sudah lama tak pernah menghabiskan waktu malam hari di Stasiun Tugu. Sekadar duduk diam, sendirian, memandang orang berlalu lalang atau talking with someone over a cup of hot tea. Entah kenapa suasana di dalam Stasiun Tugu di waktu malam selalu dapat membuat hati tenang. Sedikit mengulik sejarah, Stasiun Tugu (selanjutnya disebut ST) di Yogya didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1864 ini tujuan awalnya adalah untuk mengangkut hasil bumi yang sudah mereka peras dari orang pribumi. Tapi sekarang, stasiun ini menjadi pintu utama keluar masuk wisatawan yang berkenan berkunjung ke Jogja. Kebayang, entah berapa ribu orang yang hilir mudik menggunakan alat transportasi kereta ini.Well, kembali kenapa aku suka dengan suasana ST. Suasana Jogja cukup kental ketika kita masuk ke stasiun ini. Aura sekelilingnya yang notabene masih bersentuhan langsung dengan Malioboro tentu menambah sakral keberadaannya. Jika sendirian, biasanya aku memilih duduk di salah satu kursi panjang hijau, memandang setiap pertemuan yang berakhir bahagia, atau menatap ekspresi kesedihan akan perpisahan. Semua terus terjadi berulang-ulang.

Tapi malam ini di ST, aku menghabiskan waktu bersama seorang sahabat yang kukenal sekitar 4 tahun yang lalu. Ketika masih sama-sama muda dan berjuang untuk mencari eksistensi diri. Duduk di dalam sebuah cafe, ditemani segelas teh panas, kami mulai bercerita masa lalu. Mengenang betapa egoisnya kami dulu memandang masa depan sampai serpihan-serpihan cerita lucu.

Sekarang, di stasiun ini kami mengucap salam perpisahan. Bukan, bukan karena dia akan menaiki salah satu kereta. Tapi memang waktu sudah terlalu malam. Seorang sahabat itu mengambil jalan arah pulang yang berbeda. Esok dia siap untuk memulai karir barunya di Jakarta. Kota yang kuakui sebagai tempat asalku, tapi enggan untuk kembali kesana. Karena Yogya begitu tertanam dalam di hati. Lagi pula, aku tak yakin akan menemukan suasana stasiun Tugu di kota mana pun yang akan aku singgahi. Suasana yang tenang, tanpa ada silau lampu, suara yang bising, dan sebaris kursi hijau yang selalu menanti untuk ditempati.

Untuk Ryan, selamat jalan teman, taklukkan Jakarta, stasiun Tugu akan selalu siap menanti kehadiranmu.

Author: Dimas Novriandi

An Indonesia-based lifestyle blogger covering city life, style, travel, gadget, book and menswear world.