Pernah nonton iklan di tipi yang ada mbak-mbak gak penting nangis ala pelem India karena gak bisa lagi minum teh pake gula gak? *bo, pertanyaannya panjang aja!* Terus mbaknya itu banting cangkir karena putus asa? Belum pernah liat?! Astaga… Cepetan gih ke kantor kelurahan terus nebeng nonton tipi disana, kali aja iklannya lagi di puter, kekeke.
Nah dulu daku kalo ngeliat iklan itu selalu bersungut-sungut dan sambil ngedumel,
“Plis deh Mbak, cuma gula gituh! Gak usah heboh gitu deh nangisnya. Ntar daku beliin sekarung, tinggal pilih mau gula yang mana!”
Duh memang dulu daku sangat tidak berperasaan. Toh mbaknya itu gak bisa minum pake gula mungkin karena memang lagi diet ketat supaya kurus *hari gini ya mbak, olahraga dunk!* atau karena sakit diabetes.
Nah sekarang… daku pun mengalaminya! Huhu… Setelah di vonis penyakit bodoh itu, daku langsung searching apa saja yang harus dilakukan supaya lekas sembuh. Setelah baca sana dan baca sini, salah satu yang harus daku lakukan adalah diet. Okey… WHAT? DIET? W-H-A-T?!
Jadi daku harus mengurangi makanan yang menganduk lemak. Tujuannya tentu saja untuk memperingan kinerja hatiku yang terluka. Mulai dari ice cream, cokelat, sampai snack lucu jangan harap daku boleh makan. Belum lagi goreng-gorengan, itu juga harus dikurangi. Terus makan apa Dim? Sayur dan sayur, sehat ala kambing. Ntar kalo dah gemuk siap dijadiin hewan kurban dah…
O iya, satu lagi. Kalo mau cepet sembuh tentu saja daku harus bed rest alias istirahat dengan tenang dan damai di kasur. Tapi secara daku gak bisa diem, adanya sangat gak mungkin diem doang bin bengong di kasur. Pasti dikit-dikit daku bangun dari kasur ke meja makan, balik lagi. Bangun ke ruang depan nonton tipi, balik lagi. Ngesot ke kamar mandi, balik lagi. Kayang di lantai sambil angkat barbel, balik lagi *okey yang ini lebay*.
Belum lagi selama daku sakit ini udah emm… beberapa kali ke Carrefour! Buset kan? Walau dengan muka pucat, jalan tertatih-tatih sambil lidah menjulur ke luar *buset, serem amat!* daku dengan semangat muterin itu Carrefour. Kemaren-kemaren jaman di Jogja, ke Carrefour artinya adalah saat-saat menggila. Biasanya sama Ageng atau Mayang anak kosku, kami selalu hunting makanan mulai dari yang kecil sampai yang besar, dan tentu saja tak lupa beli camilan kesukaanku yaitu ubi cielembu *sekarang juga gak boleh makan ubi! Huhu*.
Seandainya aja kalo dokter-dokter itu tau kalo saatnya daku bed rest malah jalan-jalan ke Carrefour, bisa-bisa mereka menjambak-jambak daku, lalu diseret keluar sambil teriak,
Dokter: “Dasar anak tak tahu diri dan durhaka! Apa yang telah kau lakukan hah?!”
Dimas: “Ampun dokter, jangan nodai aku. Aku tak bersalah!” *dengan ratapan ala Naisyla Mirdad*
Ah untung saja dokter-dokter itu tak tau, hihi… Tapi teman, kalo dulu namanya ke Carrefour adalah ritual menyenangkan yang rasanya seperti tamasya ke Dufan atau ke Sea World, nah sekarang rasanya menjadi sangat tidak begitu menyenangkan! Seperti nahan pipis seharian. Huh!
Melangkah ke bagian snack, tiba-tiba aku merasa berubah memakai dua cepol di rambut dan rok gembung ala Gita Gutawa, dan daku pun mulai bernyanyi dalam hati…
“Kau begitu sempurna… Di mataku kau begitu indah…”
Oh Chiki! Rasanya mereka memanggil-manggilku. Silverqueen… Menjauhlah! Biskuat rasa vanilla… Tidaaak! Dengan berasa menahan air mata daku melangkah ke bagian minuman bersoda.
“Kau membuat diriku akan selalu memujamu…”
Coca Cola Zero… Huhu sini sayang, sini aku minum! Fanta merah… Argh no soda!
“Di setiap langkahku, ku kan selalu memikirkan dirimu…”
Ice cream Walls… Hidup dan matiku! Rasa vanilla bercampur coklat, pasti enak sekali kalo meleleh di mulut. Tolong aku teman, tampar aku! TAMPAR!
“Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu…”
Tiada makanan berpengawet. Aku tak bisa makan sarden, abon, dan ikan asin yang nikmat ituh?! Jadi apa yang bisa aku makan?!
Akhirnya, daku pun keluar Carrefour hanya membawa beberapa kotak susu rendah lemak yang segede gajah, gula aren bubuk, dan sirup tak berpengawet. Good boy Dimas. Hadapilah kenyataan.
Belum lagi kalo udah melihat warung nasi Padang bertebaran di sepanjang jalan, rasanya ingin menjambak-jambak rambut sampai gundul, karena daku sudah tak berdaya lagi untuk memakan daging balado, ayam panggang pedas sampai udang goreng yang menggoda. Maafkan ayahanda, mulai hari ini, daku jadi anak berdarah Padang yang murtad. Daku hina. Daku pantas untuk dibelikan Apple Mac Book yang warna hitam *lho kok enak?!*.
Daku jadi ingat, namanya sehat itu memang mahal. Ketika kita ‘merasa’ sehat, semua makanan bisa masuk ke mulut. Dulu mungkin buat daku KFC adalah makanan terenak di dunia, sekarang kuucapkan selamat tinggal kepada Kapten Sanders, kirim-kirim surat ya Kek… Semua harus ditinggalkan, minimal kalo masi pengen, menunya kudu dikurangi secara dasyat, ke KFC cuma beli teh panas aja, hihi.
Yah begitulah manusia, ketika sakit baru tersadarkan bahwa begitu penting menjaga makanan yang kita konsumsi, karena ternyata tak semua yang kita makan itu sehat. Bukan begitu? (*)
PS: Terucap terima kasih sebesar-besarnya untuk semua sahabat yang telah memberikan doa, cerita yang memberikan semangat, dan perhatian yang tiada henti via komentar di blog, YM, SMS, telepon dan berbagai media lain *cailah, gayamu Dim!*. Dengan support dari kalian sahabat-sahabatku, semua menjadi lebih mudah untuk dilalui, terima kasih… Semoga Tuhan YME melindungi dan membalas semua kebaikan kalian, amien…