# 13 cup: Are you the exception… or the rule?

“Kenapa ya aku ngerasa lebih nyaman pacaran sama cowok asing dibandingin sama cowok Indonesia?”

 

Daku menatap sohib lamaku itu sambil tersenyum bingung, lalu mataku pun tertuju ke sohibku yang lain. Daku tatap lekat kedua matanya seakan menanti rangkaian kalimat yang akan meluncur dari bibirnya.

 

“Emm… Iya sih Dim, cowok bule itu… mereka lebih bisa kita ajak ngobrol banyak hal, mulai tentang kegiatan dia dari pagi hari sampai malam, tapi tak pernah terasa membosankan. Coba sama orang Indo, paling cuma ditanya udah makan belum, dll… Standar!”

 

Daku pun menyemburkan kesimpulan sekilas,

“Ah, itu kan karena kalian lama tinggal di luar negeri, at least, itu gelar S 2 kalian pun dari luar sono, wajar dong kalau pandangan kalian ke cowok lokal jadi beda, hehe…” ujarku usil.

 

“Nggak Dim, serius deh, pacaran sama cowok bule itu… sama seperti kami ngobrol sama kamu, bisa seperti sahabat, mengalir kalau cerita, dan satu lagi… straight to the point kalo mengungkapkan apapun itu.”

Tapi…. Kalian pernah nonton He’s Not That Into You kan? Di cerita itu dibedakan, are you the exception or the rule? Dalam cerita ini, kalian the exception. Sekarang, cewek Indonesia pasti demen tuh tiap hari ditanyain, udah makan belum, lagi ngapain, dan hal-hal simpel lainnya. That’s the rule! Kalo kalian… I bet you both don’t like it, iya kan? Hahaha!”

 

Kedua sohib wanitaku itu berpandangan dan lalu menjawab, “Yeah… We are the exception, indeed. Haha….”

 

Cerita kami pun terus mengalir. Bagaimana pun juga hubungan antara dua jenis manusia dari planet yang berbeda ini akan selalu menarik untuk dikulik.

“Girls, bagaimanapun juga cowok dimanapun juga sama aja… Mungkin kalian menemukan bule yang tepat, you find the right guys on the right place. Pasti banyak juga cowok bule yang basi, hehe.” Lalu aku menyimpulkan.

 

Simply, kalian itu menemukan bule-bule kaum ‘the exception’ bukan ‘the rule’.

mars-venus 

Pikiranku pun tiba-tiba teringat dengan acara Take Me Out Indonesia. Dimana ada 30 wanita yang menjadi hakim cinta dalam menilai seorang pria yang gagah-berani-malu untuk ‘dihujat’ berjamaah di layar kaca. Seandainya wanita-wanita itu menjadi contoh mutakhir wanita Indonesia masa kini, doh betapa kejamnya alam nyata. Daku merasa, para wanita cantik ini merasa mereka adalah ‘the exception’ yang menemukan ladang cowok ‘the rule’ alias biasa-biasa aja untuk dibantai habis-habisan. Kebayang kalo daku ditolak di depan tipi karena dibilang gigi daku tonggos, bisa-bisa daku tiap hari berangkat kerja pake masker, atau pake helm full face selama sebulan penuh, hihi….

 

Entahlah, mungkin dalam keseharian mereka, para wanita cantik ini juga udah capek dengan tingkah laku para pria yang mereka suka. Apalagi, dalam keseharian, teman-teman wanita daku juga beberapa kali jatuh cinta dengan pria yang salah. Seperti kata salah satu tokoh film, “all girls are programmed to believe that if a guy acts like a total jerk that means he likes you.”  So guys, kalo pengen bikin wanita jatuh cinta, just become a total jerk. *digaplok*

 

Terkadang, memang dunia ini tidak adil, kawan. Ada beberapa orang yang menemukan pasangan yang hubungannya so sweet romantic, seperti kata Fifi Tropica. Atau pun pasangan yang begitu sempurna, baik secara fisik ataupun dengan indikator lain. Pengen Dim? Ya iyalah tentunya, hehe… Tapi, apakah kebahagiaan hanya ditentukan dengan memiliki pasangan? Terkadang kita gak sadar, kalo kita terlalu fokus dalam menemukan kebahagiaan. Padahal kebahagiaan itu sendiri belum tentu harus termasuk ‘berbagi dengan pasangan’, bisa saja kebahagiaan itu hanya… kamu, hidup kamu, bagaimana kamu bisa bangkit dari kesedihan lalu tersenyum, membebaskan dirimu untuk meraih masa depan yang sesuai dengan keinginanmu. Mungkin… kebahagiaan itu sendiri hanya… terus melangkah ke depan menghadapi hidup. Who knows?

 

Dalam hal ini, yeah, mungkin daku termasuk ‘the exception’. Tapi setiap orang memiliki pilihannya masing-masing, bukan? Hehe. Terkadang kita harus sadar bahwa dalam hidup selalu ada ‘the rule’. Pria dan wanita, menikah, tidak bahagia, lalu bercerai, well that is the rule. Pola yang terjadi dalam keseharian biasanya seperti itu. Kalo the exception-nya gimana Dim? Itu terjadi kalo ada anak raja di Malaysia yang menikahi model abege dari Indonesia, ternyata hidupnya tak bahagia lalu mau cerai dengan cara melarikan diri tanpa lupa membawa semua seri tas Hermes seharga puluhan juta ke negaranya, eh di negaranya malah terkenal dan jadi artis sinetron dengan judul namanya, nah… that’s an exception! Begitulah bedanya. Jadi, percayakah kamu dengan the rule dan the exception dalam hidup? (*)

 

Review: Kambing Jantan & Doroymon

Seorang sahabat lama waktu jaman SMU di Jogja dulu tadi pagi tiba-tiba menyapaku via telepon,

“Ini bener nomernya Dimas? Apa kabar Dim?! Ya ampun, aku baru baca blogmu, sampe 2 hari 2 malam ngebaca habis semuanya, haha. Ngeblog itu ibadahmu lho Dim, menghibur banyak orang…”

Daku seneng banget, bisa ngobrol dengan sahabatku yang telah lama tak bertelpon ria dan sekarang sudah sukses menjadi pengusaha wanita di sana, tapi… sekaligus juga tertohok. JLEB. Karena kalo seperti yang dia bilang ngeblog itu salah satu ibadah daku, artinya daku udah gak ibadah 2 bulan dong? Hihi… Betapa durhakanya daku.

Entahlah, aktivitas nge-blogging akhir-akhir ini tampaknya memang tidak sesemangat jaman masih ganteng dulu *sekarang keren soalnya*. Temen-temen blogger hampir semua lebih kerajingan bermain micro-blogging di Plurk, Twitter sampai ngotak-ngatik Facebook, intinya gak pengen kalah eksisnya dibanding pasukan ABG berponi dan ber-Blackberry itu, hihi. Padahal melalui blog ini daku ketemu temen-temen seru, bisa dapet kerjaan, sampai mencurahkan isi hati yang lagi merana *menyeka air mata dengan sapu tangan pink*.

Salah satunya daku bisa kenal dengan dua orang hebat di bawah ini yang hasil karyanya akan daku review. Mereka berhasil berprestasi dengan cara mereka sendiri, dan tentu saja suatu hari daku ingin bisa seperti mereka berdua. Baiklah, mari kita mulai mereview!

FILM: KAMBING JANTAN – Sebuah Film Pelajar Bodoh

Raditya Dika. Nama jaminan mutu buat kamu yang demen sama cerita lucu. Begitu banyak orang yang demen dengan karya Dika, entah karena membaca blognya yang tiap hari bisa diakses ratusan –mungkin juga ribuan pembaca- ataupun penikmat buku-bukunya yang telah jadi best seller dimana-mana. Selain daku juga sudah melahap semua bukunya, daku beruntung bisa mengenal sosok manusia lucu ini secara personal, walau pun dengan cara yang unik. Di mulai dari ngobrol singkat di YM sewaktu Dika menawarkan blog daku untuk dibikin buku *walau karena tingkat kemalasan tingkat tinggi waktu itu, daku mengundurkan diri, hihi*. Akhirnya, kami pun beberapa kali mengobrol di dunia maya, berbicara hal-hal di luar keseharian Dika. Entah tentang lagu-lagu karangan dia, kesibukan daku, rencana ke depan, dan hal-hal lain yang membuatku tersadar, ternyata Dika aslinya waras kok, wakaka.

Ketenaran Dika pun seperti efek bola salju, terus menggelinding dan tak terhenti. Dari seorang blogger ternama menjadi bintang pelem pendatang baru. Tak setengah hati, film Kambing Jantan yang diangkat dari blog keseharian Dika ini pun dibesut langsung oleh sutradara handal Rudy Sujarwo. Seperti apa Dim sinopsisnya? Kalo yang ini tinggal klik aja di sini ya. Lagipula, sudah begitu banyak blogger yang bikin sinopsis pelem ini, hehe. Overall, buat kamu yang penggemar blognya Dika mungkin sebelumnya berharap di pelem ini akan banyak adegan komikus ala Dika, walaupun tentu saja adegan-adegan seperti itu tetap ada, tetapi di pelem ini ternyata lebih banyak mengangkat cerita hubungan Long Distance Relationship antara Dika dan si Kebo *yang sampe sekarang daku penasaran seperti apa wujud Kebo ini aslinya, hehe*. Akting Dika, daku bilang cukup natural dan tak tampak kagol seperti orang yang baru pertama kali maen pelem. Begitu pun juga dengan si cantik Fiza, cewek yang aslinya ramah dan menyenangkan ini, menurut daku aktingnya bagus banget. Sedangkan Edric yang berperan sebagai Hariyanto, tentu saja menjadi pusat tertawaan di pelem ini, lucu dan pengen gampar rasanya, haha.

kambingjantanposter

Terlepas dari pro kontra para penggemar Dika akan pelemnya ini, menurut daku, begitu banyak kalimat-kalimat dalam dialog pelem ini yang sangat mengena dan memiliki arti yang dalam. Itu pun diakui oleh salah satu temen baik yang daku culik buat nonton pelem ini, padahal dia tak sekali pun pernah baca blog atau buku Dika. Salah satunya adalah dimana ketika kurang lebih Dika bilang, dia gak pengen kuliah Finance, dia hanya ingin menyenangkan orang banyak dengan tulisan-tulisan dia, bagaimana dia bisa membuat orang tertawa, lagipula memang passion-nya adalah menulis… KWAW KWAWWW! Tertohok banget di hati. Bukankah bekerja akan lebih terasa puas di lahir dan batin kalo kita melakukannya sesuai dengan keinginan hati? Bukan begitu Dimas? *menyelam di lautan segitiga Bermuda*

Kemudian juga, ada beberapa penggambaran adegan yang menurut daku cukup keren, seperti adegan setiap Dika dan Kebo bertelpon ria. Setting meja, kursi, dan bulannya keren! Hahaha… Penasaran kan? Makanya nonton deh. Pastinya, pelem ini menjadi pilihan bijak di antara pelem horor atau pelem komedi berbudget rendah yang terus memborbardir bioskop-bioskop tanah air. Untuk temen-temen di Jakarta tampaknya hanya bisa menunggu DVDnya karena memang sudah tak tayang lagi, tapi buat kamu yang di luar Jakarta mungkin masih sempat untuk menikmati pelem perdana seorang Raditya Dika. Recommended buat kamu penggemar Dika, dan juga buat kamu yang pengen dapet hiburan yang gak gitu-gitu aja. Terus… Kapan ya kira-kira kisah daku bakal dipilemin? *digaplok massa*

BUKU: DOROYMON – A Wonderful Masa Jadul

Percaya gak kalo daku bilang teman-teman kita itu seperti pelangi, dimana setiap teman memberikan warna yang berbeda dalam hidup kita? Ya, daku percaya itu. Untuk kamu yang sedang atau pernah menginjak masa kuliah tentu bisa merasakan hal ini. Di mana ketika kesusahan ngerjain tugas, pasti ada temen yang bisa diandalin buat ngebantuin. Waktu kamu males kuliah, ada yang bisa dititipin absen. Ketika gak punya uang, ada yang mau diutangin, hahaha. Begitu pun dengan kisah Roy Saputra di dalam Pelit (Personal Literature) berjudul Doroymon – A Wonderful Masa Jadul. Novel yang diterbitkan oleh penerbit Bukune ini – penerbitan yang digawangi Raditya Dika – ini menceritakan kisah Roy dari awal dia kuliah semester awal sampe saat lulus bersama-sama dengan temen-temen seangkatannya dari Teknik Industri Universitas Indonesia. Jangan ngebayangin cerita di dalam buku ini begitu datar, hanya berisikan tentang masuk kelas, pulang, tidur di kos, selesai. Adanya, ketika daku memulai membaca dari bab pertama bener-bener pengen nerusin baca sampe selesai alias habis tak bersisa. Cerita-cerita kocak dari jaman persiapan ospek, bagaimana Roy bersama temen-temennya ikut kompetisi di Bandung, tentang kehilangan sahabat, sampai saat-saat perpisahan, bener-bener buat daku tertawa bahkan sampai berkaca-kaca karena terharu, karena mau gak mau jadi teringat masa-masa persahabatan dengan temen-temen kos dan kuliah waktu daku di Jogja dulu.

doroymon

Buat daku, buku kedua Roy ini menunjukkan kepiawaiannya dalam seni bercerita dalam bentuk tulis. Terlepas Roy juga seorang blogger, sebagai penulis Roy sukses membuat daku tetap terkenang dari isi cerita dari novel ini, dan hei satu lagi! Roy juga buat lagu tentang kisah persahabatannya ini dan dinyanyikan oleh salah satu rekan kuliahnya, such a touching song! Dan lagi-lagi, daku pun jadi ikut bersyukur kalo selama ini memiliki teman-teman yang luar biasa, sama seperti yang Roy rasakan… Belum baca bukunya? Cepetan deh ke toko buku terdekat, gak mahal kok, dan menurut daku, worthed to read! (*)