belajar dimana saja

Belajar. Dari kecil tentu dong kita sudah dicekoki dengan yang namanya belajar. Belajar jalan. Belajar berbicara. Sampai belajar di bangku formal yaitu di sekolah selama 12 tahun sampai dilanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Aku masih ingat ketika mulai belajar di universitas. Kupikir ini sudah saatnya untuk tidak hanya sekedar mondar-mandir kampus ? kamar – kantin, tetapi seharusnya juga menambah bekal ilmu dari kehidupan nyata, belajar dari sekeliling kita.

Setelah dihitung-hitung, tak sadar kurang lebih sudah lebih dari 7 tahun aku bekerja sambilan di beberapa tempat, menclok sana menclok sini, walau duitnya sampai sekarang gak ada satu rupiah pun yang berhasil di tabung, hihi. Tapi setidaknya aku banyak belajar dari tempat kerjaku dan juga dari mereka, orang-orang sekelilingku *ngeles mode on*

Aku mencoba-coba untuk mengingat, apa saja yang benar-benar membuat aku tergugah untuk menjadi seorang Dimas, sebagai pribadi yang lebih baik dari sebelumnya: Continue reading “belajar dimana saja”

aku di dunia serba kanan

Bukannya Tuhan menciptakan kedua tangan kita untuk dapat digunakan kedua-duanya? Sama lah seperti dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dan dua hati untuk selingkuh *PLAK!*. Pertanyaanku nih, kenapa banyak orang menganggap aneh jika ada seseorang menggunakan tangan kirinya untuk menulis? KIDAL, begitu orang-orang menyebutnya. Mungkin mereka gak pernah tahu, betapa capeknya hidup di dunia yang serba kanan ini. Semua fasilitas tampaknya ditujukan untuk mereka yang beraktivitas menggunakan tangan kanan. Dan sayangnya, aku pun dilahirkan untuk menjadi seorang kidal. Untung saja aku punya orang tua yang sangat demokratis *atau dibiarkan sebenarnya, hihi*. Mereka tak pernah memaksaku untuk menggunakan tangan kanan untuk kegiatan yang bersifat personal. Walau untuk kegiatan yang bersifat sosio-normatif seperti bersalaman, makan, menerima barang, dan hal-hal lain tentu aku harus menggunakan tangan kanan dong. Bisa-bisa gak diakuin sebagai anak kalau daku makan di depan umum pakai tangan kiri, du du du. Tapi ssttt… kadang kalau pakai sumpit aku tetap menggunakan tangan kiri, susah sih!

Anyway, penderitaanku menggunakan tangan kiri dimulai sejak jaman sekolah dasar, dimana guru-guru SD itu dengan tak tahu dirinya berbicara,

“Ayo Dimas, nulisnya pakai tangan yang manis. Nah seperti itu… Jangan dibiasakan pakai tangan kiri ya. Gak bagus.”

URGH! Gak tahukah mereka kalau penelitian terbaru jika anak-anak kidal dipaksakan menulis tangan kanan secara terus-menerus bisa menyebabkan disleksia dan mengaburkan dominasi fungsi otak? Untung saja aku gak sampai disleksia, adanya sekarang malah menjadi manusia yang super duper berisik. Nyebelin pula. Continue reading “aku di dunia serba kanan”