magister hukum bisnis menulis

Setelah daku pontang-panting setengah hidup dan setengah mangap mengurus ujian pendadaran sampe berhasil dieksekusi lulus, akhirnya sampai juga daku ke tahap ngurus wisuda. YES! Pada awalnya daku pikir yang namanya ngurus wisuda tentu saja tak susah, paling tinggal ngisi formulir dan bayar wisuda, kelar dah! *abis itu kipas-kipas sambil minum soda gembira di taman* Tapi… Impian tak seindah kenyataan kawan. Kuliah di kampus yang besarnya se-lapangan bola dikali seratus, terus dibagi dengan pola jajaran genjang, tentu saja membuat mimpi buruk kembali menghantui. Harus mengurus surat keterangan bebas pustaka di tiga perpustakaan yang berbeda *dan berjauhan!* tentu saja sangat menggairahkan. Menggairahkan untuk ditinggalkan tentunya. Ke perpustakaan pusat naik ke lantai dua, terus pindah gedung ke perpustakaan pascasarjana, naik ke lantai dua, terus pindah gedung lagi ke perpustakaan fakultas, ngesot dah di lantai. Capek berat! Belum lagi bawa jilidan tesis segede gaban kemana-mana.

Yah tapi yang namanya mau lulus ya memang butuh pengorbanan. Kalau ingin mencapai sesuatu yang baik, tentu saja ada rintangan terlebih dahulu. Mungkin begitu juga dengan ritual mengurus wisuda ini. Nah, selain daku kudu mengurus surat bebas pustaka itu, daku juga kudu mengetik ulang segambreng formulir yang kudu diisi, mulai dari data penulisan ijazah sampai kartu alumni Gadjah Mada. Dan kawan, telah terjadi kebodohan tingkat tinggi yang membuat daku sangat amat malu sekali. Begini ceritanya… Perhatikan data penulisan ijazah di bawah ini:

Nama

Nomor Mahasiswa

Program Studi

Minat

Fakultas

: Dimas Novriandi

: 18203/PS/MH/05

: Magister Hukum Bisnis

: Menulis

: Hukum

Ada yang aneh gak dengan data di atas? Gak kan?! Daku juga begitu dengan yakin seyakin-yakinnya. Tapi ketika daku ketemu Mas Asep di sekretariat Magister Hukum, beliau bilang begini,

Mas Asep: “Mas Dim, dirimu kok lugu banget ya? Haha…”

Dimas: “Heh kenapa gitu Mas?”

Mas Asep: “Coba deh cek di data ini yang bagian minat.”

Dimas: “Lho kan bener Mas? Daku kan mang minatnya menulis, hihi…. Mang aneh ya?”

Mas Asep: “Bukan gitu… Maksudnya Minat itu adalah jurusan spesifik yang diambil di program Magister, bukan hobi.” *menahan tawa*

Dimas: *bengong bin malu* “Oh gitu ya Mas, jadi harusnya Program Studi Magister Hukum dengan Minat Hukum Bisnis ya Mas?” *ketawa bodoh dengan wajah memerah – cari lubang buat sembunyi*

Mas Asep: “Iya harusnya gitu… Terus kamu isi apa di formulirnya si Ari?”

Dimas: “Olah Raga Mas…. “ *ketawa ngakak setelahnya*

Ya ampun! Mungkin daku adalah lulusan Pascasarjana terbodoh bin terlugu dari UGM. Gak kebayang aja nanti di ijazahku tertulis Magister Hukum Bisnis Menulis dan di ijazah sahabatku Ari *yang daku urus semua syarat wisudanya* juga tertulis Magister Hukum Bisnis Olah Raga. Kakaka….Duh jadi gak yakin ni mau wisuda. (*)

tesis membawa berkah (part two)

Guys! Akhirnya daku LULUS juga! Yippie! *tatapan bingung dari pembaca* Ya… Ya… Memang kemaren daku masih heboh sekali cerita tentang tesisku yang dianggap soto sama dosen pembimbing tercinta. Tapi good newsnya adalah… Sabtu lalu ketika daku dengan langkah sangat tidak percaya diri untuk bimbingan kedua, dan setelah menunggu sampe jenggot 2 meter saja *karena tidak begitu lama* akhirnya daku – si tampan ini – masuk ke ruangan bimbingan. Pasang senyum selebar tiga jari dan rambut abis disasak pake tangan di kamar mandi lantai bawah. Pak Taufiq dengan sigap langsung ingin langsung melarikan diri *ya gak lah! huehe*. Dengan senyum ramah, beliau mempersilahkan aku duduk dan kemudian sedikit mereview hasil revisiku. Beliau hanya bilang kalau kesimpulan saya lebih dipertegas, karena dianggap masih terlalu luas dan tidak fokus. Cuma itu? Iya, cuma itu teman-teman! Kok bisa ya? Hihi…

Pak Taufiq: “Mana Mas lembar pengesahannya?”

Dimas; “Hah lembar pengesahannya? Saya kira… Saya masih butuh revisi beberapa kali lagi Pak.” *wajah kaget plus bingung, butuh nafas buatan!*

Pak Taufiq: “Ya sudah, besok Senin saja, kamu lengkapi semua tesisnya dan sekalian saya approve.”

Dimas: *wajah sumringah* “Baiklah Pak!”

Dengan langkah riang gembira, dengan bunga-bunga disekeliling, dan suara burung bernyanyi *kayak Gita Gutawa di video klip Du Bi Du* aku pun melangkah ke arah sekreteriat Magister Hukum Bisnis UGM. Disana daku bertemu Dhony sohib sekelas yang sudah lulus tes pengacara *sirik berat plus ngarep ketularan pinter*.

Dhony: “Dimas! Gimana tesisnya? Dah ACC?”

Dimas: “Udah Dhon, akhirnya! Baruuuu aja, hehe….”

Dhony: “Wah selamat! Ayo kita ujian bareng!”

Dimas: “Ya gak mungkin lah Dhon, kan pendaftaran ujian terakhir hari ini… Huhu…”

Dhony: “Iya ya…” *wajah sedih*

Tiba-tiba keajaiban datang…

Mbak Dian yang bekerja di sekretariat ternyata menyimak percakapan kami dengan sangat baik, karena kami berdua memang kalo ngobrol seperti berada di tebing dan satu lagi di dalam jurang, karena kalo dah ngomong tentu saja dengan kekuatan suara 7 oktaf yang dasyat, hihi…

Mbak D: “Lho ya udah Mas Dimas, daftar sekarang aja! Kami tunggu sampe jam 6 sore nanti syarat-syaratnya.”

Dimas: “HAH? Apakah itu mungkin?” *sok EYD*

Continue reading “tesis membawa berkah (part two)”