#2 cup: I was (not) born to be famous!

Daku ingin bertanya, waktu kecil cita-cita kalian apa hayo? Kemungkinan terbesar cita-citanya paling standar anak kecil ingusan yang kemana-mana bawa permen adalah kalo gak jadi insinyur *selamat menangisi diri nak, sekarang adanya Sarjana Teknik, hihi* paling juga pengennya nanti jadi dokter. Yaaa ada juga si beberapa yang pengen jadi pilot atau presiden *Presiden? Di negara ini? Hebat sekali anak itu…*. Kalo dirimu apa Dim? Emmm dengan gagah berani daku bilang…. Daku ingin jadi petani! Iya petani. Kayaknya keren aja kemana-mana bawa cangkul dan celurit *lha itu petani apa PKI ya? Du du du…*. Belum lagi bisa makan beras tiap hari, soalnya daku tuh dari kecil punya kebiasaan aneh, suka makan beras! Hihi… Kan enak toh malah gak repot?

Mama: “Dimas, hari ini mau makan apa? ”

Dimas: “Apa aja deh Ma, yang penting kenyang.”

Mama: “Ya udah itu dah Mama sediain beras di meja satu kilo. Makan yang banyak ya!”

Dimas: “…….” *abis itu daku berubah menjadi punya bulu dan berparuh, alias jadi ayam kampung, huhu*

Tapi akhirnya semua berubah. Setelah lulus SMU daku ingin kuliah Peternakan. Berhasil gak Dim? Bo, dua kali daku keterima UMPTN di Peternakan tapi gak pernah diambil! Padahal daku udah membayangkan berjalan sambil membawa rantang, tikar dan teh hangat, kemudian duduk manis sambil memandang kambing-kambing peliharaanku berlarian dengan riang, lalu kemudian bernyanyi,

“Mana dimana anak kambing saya, anak kambing tuan ada di pohon waru. Mana dimana jantung hati saya, jantung hati tuan ada di kampung baru. Caca marica he hei! Caca marica he hei! Caca marica ada di kampung baru…”

Lalu siapakah Caca Marica yang dicari itu? Ada hubungannya kah dengan Cucu Cahyati? Atau Cica Kuswoyo? Hanya pengarang lagunya yang tau…

Well kembali ke cerita semula, akhirnya setelah kenyataan tak seindah yang dibayangkan, daku sadar, daku terlahir untuk terkenal. I was born to be famous! Daku terlahir untuk berada di depan lampu blitz dan kamera! Haha…. *tertawa kejam*

Karena punya bibir berlebih dan bisa diem kalo lagi tidur dan makan doang, makanya daku meniti karir menjadi penyiar. Penyiar Dim? Iya penyiar! Itu lho, orang yang suka ngomong sendiri, ketawa sendiri terus cerita-cerita gak penting *kabur ke Sandra Dewi sebelum digebukin para penyiar*. Awal karir daku siaran di radio rock yang sudah almarhum, padahal massa pendengarnya cukup lumayan tuh. Tapi siaran disana sungguh perjuangan luar biasa, karena daku tak pernah dengerin lagu rock. Paling maksimal cuma dengerin Geger Band yang kondang sekali itu. Terpaksa dah daku menghapal lagu-lagu Slipknot, Deftones, sampe Nine Inch Nail. Setiap pulang siaran rasanya bibir berbusa dan menjadi disleksia. Dan kemudian harus relaksasi dengan mendengarkan lagu Pance F. Pondaah dan Poppy Mercury di dalam kamar.

Lalu daku pernah juga siaran di TV Pemerintah bawain acara kuis jam 2 pagi, pake kemben sambil melet-melet terus bilang,

“Ayo dong, sekaliiii lagi aja kirim SMSnya, masa diem aja si…. Kalo kamu kirim sekaliii lagi, bakal dapet hape ini lho, sama senyuman akuh….”

PLAK! Emang daku cowok ganteng apaan! Jadi, selain daku siaran, kadang daku juga turun ke lapangan buat cari berita. Tapi entah kenapa kayaknya kamera memang bukan teman yang baik. Suatu hari ketika rekaman reportase, Continue reading “#2 cup: I was (not) born to be famous!”

kau begitu sempurna

Pernah nonton iklan di tipi yang ada mbak-mbak gak penting nangis ala pelem India karena gak bisa lagi minum teh pake gula gak? *bo, pertanyaannya panjang aja!* Terus mbaknya itu banting cangkir karena putus asa? Belum pernah liat?! Astaga… Cepetan gih ke kantor kelurahan terus nebeng nonton tipi disana, kali aja iklannya lagi di puter, kekeke.

Nah dulu daku kalo ngeliat iklan itu selalu bersungut-sungut dan sambil ngedumel,

“Plis deh Mbak, cuma gula gituh! Gak usah heboh gitu deh nangisnya. Ntar daku beliin sekarung, tinggal pilih mau gula yang mana!”

Duh memang dulu daku sangat tidak berperasaan. Toh mbaknya itu gak bisa minum pake gula mungkin karena memang lagi diet ketat supaya kurus *hari gini ya mbak, olahraga dunk!* atau karena sakit diabetes.

Nah sekarang… daku pun mengalaminya! Huhu… Setelah di vonis penyakit bodoh itu, daku langsung searching apa saja yang harus dilakukan supaya lekas sembuh. Setelah baca sana dan baca sini, salah satu yang harus daku lakukan adalah diet. Okey… WHAT? DIET? W-H-A-T?!

Jadi daku harus mengurangi makanan yang menganduk lemak. Tujuannya tentu saja untuk memperingan kinerja hatiku yang terluka. Mulai dari ice cream, cokelat, sampai snack lucu jangan harap daku boleh makan. Belum lagi goreng-gorengan, itu juga harus dikurangi. Terus makan apa Dim? Sayur dan sayur, sehat ala kambing. Ntar kalo dah gemuk siap dijadiin hewan kurban dah…

O iya, satu lagi. Kalo mau cepet sembuh tentu saja daku harus bed rest alias istirahat dengan tenang dan damai di kasur. Tapi secara daku gak bisa diem, adanya sangat gak mungkin diem doang bin bengong di kasur. Pasti dikit-dikit daku bangun dari kasur ke meja makan, balik lagi. Bangun ke ruang depan nonton tipi, balik lagi. Ngesot ke kamar mandi, balik lagi. Kayang di lantai sambil angkat barbel, balik lagi *okey yang ini lebay*.

Belum lagi selama daku sakit ini udah emm… beberapa kali ke Carrefour! Buset kan? Walau dengan muka pucat, jalan tertatih-tatih sambil lidah menjulur ke luar *buset, serem amat!* daku dengan semangat muterin itu Carrefour. Kemaren-kemaren jaman di Jogja, ke Carrefour artinya adalah saat-saat menggila. Biasanya sama Ageng atau Mayang anak kosku, kami selalu hunting makanan mulai dari yang kecil sampai yang besar, dan tentu saja tak lupa beli camilan kesukaanku yaitu ubi cielembu *sekarang juga gak boleh makan ubi! Huhu*.

Seandainya aja kalo dokter-dokter itu tau kalo saatnya daku bed rest malah jalan-jalan ke Carrefour, bisa-bisa mereka menjambak-jambak daku, lalu diseret keluar sambil teriak,

Dokter: “Dasar anak tak tahu diri dan durhaka! Apa yang telah kau lakukan hah?!” Continue reading “kau begitu sempurna”