#DearBangkok: sendirian

Sudah masuk bulan keenam di Bangkok. Tak terasa? Gak juga, sih. Dalam waktu enam bulan daku udah pulang ke Jakarta tiga kali. Untuk mereka yang bekerja di luar negeri tentu pulang sesering itu terasa berlebihan, hihi. Tetapi jujur aja, di bulan Desember ini daku berasa was-was, karena gak tahu kapan akan pulang ke Jakarta lagi. Ada beberapa jadwal pernikahan sahabat yang sudah masuk rencana, tetapi tentu saja semua masih tergantung load kerjaan, harga tiket, dan printilan lainnya.

Sebenarnya tinggal sendirian bukan hal baru untuk daku. Tetapi pernah tinggal di Jogja sendirian belasan tahun rasanya tidak begitu membantu selama tinggal disini. Semua terasa berbeda dan semua terasa… sendiri. Daku bukan penggemar nyari makan, pergi ke mal, atau sekedar belanja baju sendirian. Gak banget rasanya. Bahkan selama di Jakarta, daku pasti janjian sama temen-temen Kopdar Jakarta untuk minta temenin jalan-jalan atau gandeng temen kantor buat nemenin memilih ini-itu. Iya, daku pada dasarnya gak suka sendiri.

Tetapi setelah beberapa bulan disini, daku sempat beberapa kali curhat dengan temen-temen di Jakarta dan bertanya,

“Kenapa daku jadi ngerasa nyaman sendirian, ya? Is it weird?”

Daku nyaman jalan-jalan ke mal sendirian, daku nyaman tinggal seharian di condo, daku nyaman memilih restoran mana yang akan daku masuki sendirian. Iya sendirian. Rasanya begitu menikmati saat-saat bisa memutuskan apapun itu tanpa perlu bertanya ini dan itu. Ketika orang bertanya,

“Udah kemana aja Dim selama di Bangkok?”

Well, entah kenapa semua rencana daku sebelum berangkat ke Bangkok langsung hilang. Rencana untuk jalan-jalan ke Vietnam atau sekedar ke Phi Phi Island, udah terhapus dari benak daku. I just want to stay in Bangkok, that’s it. Niat untuk eksplor kota pun juga gak ada. Nyebelin, kan? Entah berapa sohib yang ngebegoin daku karena keinginan daku yang absurd ini. Mumpung di negara orang, kenapa gak dimaksimalin?

Entahlah, daku ngerasa, ini saatnya daku untuk menikmati hari-hariku sendiri. Jalan pelan di trotoar, memilih makanan yang daku suka, membaca buku tanpa jeda, atau sekedar browsing hal-hal menarik di internet berjam-jam. Hal-hal yang mungkin takkan sempat daku lakukan di Jakarta. Semua serba terburu-buru dan berkejar-kejaran dengan waktu.

Walau sampai saat ini pun daku masih merasa… this city doesn’t belong to me. Kalau ditanya betah atau tidak? Betah kok, makanan enak, orang-orang disini ramah-ramah, dan banyak baju-baju keren nan murah, hihi. Tetapi banyak hal itu tidak bisa ditukar dengan bertemu keluarga atau tertawa bersama sahabat diantara sempitnya waktu di Jakarta.

Apakah daku akan disini dalam waktu lama? Entahlah, sebagai pegawai tetap tentu daku punya privilege untuk tinggal lama di kota ini. Daku hanya perlu bertanya, maukah daku menjalani ini semua seterusnya? Jujur daku belum bisa jawab sekarang, setidaknya saat ini daku  hanya bisa berkata dalam hati,

”Being alone, even lonely, is better than being together with wrong people”.

Jadi, kapan kamu akan mengunjungi daku ke Bangkok? (*)

#DearBangkok: cerita susu

Akhir-akhir daku sering bingung tiap pulang kerja mau makan apa. Sebulan pertama di Bangkok seneng banget nyoba ini dan itu. Bulan kedua masih semangat nyoba makanan yang gak ada di Indonesia. Bulan ketiga udah pengen nasi Padang. Bulan keempat balik makan KFC, hihi. Tapi serunya hidup sendiri adalah kita bisa berkreasi memenuhi kebutuhan perut, tentu saja maksudnya masak sendiri. Jujur aja, stock makanan Indonesia di rumah rada lebay. Dari abon pedas, dendeng, sampai rendang kering pun ada. Tapi kalau namanya udah sampai condo rada kemalaman karena kebanyakan main (secara pulang kantor sering ontime jam 5), dakunya malas untuk masak yang heboh-heboh gitu. Indomie? Jelas. Tapi kan bosen kakaaaak! Jadinya, daku sering masak nasi dengan makan lauk yang ada di rumah. Seringnya sih goreng telur dan sosis sapi, ditambah abon plus kecap pedas. Yummy! 😀

Kalau minum gimana, Dim?  Hm… Sejak daku kembali ke Bangkok setelah pulang mudik ke Jakarta di awal November kemarin karena ada ancaman banjir, di daerah condo daku masih sulit sekali mencari air putih alias air mineral. Teman-teman pun pada penasaran, daku minum apa dong sehari-hari? Daku jawab, susu UHT! Hihi… Karena selain stocknya selalu ada, menurut daku, minuman ini menyehatkan bagi tubuh kita. Coba aja bayangin temen daku di condo sebelah, doi minumnya bisa bir atau juice doang, du du du.

Continue reading “#DearBangkok: cerita susu”