#Day4: Mencari Kebahagiaan

Tiba-tiba saya dapat pesan melalui Line dari Ronny teman baik saya yang sedang liburan di Bangkok.

“Kak, dapat salam nih dari kantormu yang dulu, haha”.

Sepotong foto gedung terlampir dan saya pun seperti terbawa ke kenangan masa-masa bekerja di sana selama setahun lebih. Dimana saya tinggal sendirian, tak memahami mereka berbicara mengenai apa satu sama lain, serta saat saya benar-benar memahami makna sepi di dalam keramaian, haha.

Pada masa itu saya banyak belajar hal. Salah satunya adalah rasa sepi itu kita yang menciptakan sendiri. Kalau kita hanya terus mengasihani diri sendiri atau buruknya terlalu menikmati kesendirian itu tanpa melakukan sesuatu, akhirnya kita akan semakin terpinggirkan. Padahal di dunia luar itu banyak sekali hal yang bisa dinikmati dengan langkah pelan dan tanpa terburu-buru.

Ketika di sana saya bertemu dengan beberapa teman sesama ekspat dari Indonesia – yang akhirnya bersahabat dan terus bersilaturahmi sampai sekarang – dengan kesengajaan, modal nekat, dan teknologi. Berawal dari menghubungi mereka melalui akun social media dan akhirnya bertemu. Siapa sangka, ternyata kami satu frekuensi dan menjadi katalis kebahagiaan selama di sana.

Keluarga kecil dari Bangkok

Kesimpulannya, mencari kebahagiaan bisa melalui apa dan siapa saja, selama kita ada kemauan mencarinya, bukan hanya sekedar menunggu. Saya percaya, kebahagiaan itu bisa berwujud sebuah buku, secangkir kopi, obrolan singkat dengan teman kantor yang duduk satu ruangan, sampai sapaan “Hello” melalui online messenger. Teman saya pernah berkata,

“A simple hello could lead to a million things”.

Saya setuju, karena salah satunya mungkin akan mengawali kebahagiaan itu sendiri. Nah, kalau kamu, apakah masih mencari kebahagiaan itu? Atau apa wujud kebahagiaan kamu? (*)

#DearJakarta: Kembali ke Ibukota!

I’m in Jakarta! Sudah 2 bulan lebih daku kembali ke Indonesia tercinta yang artinya bertemu lagi dengan macet, cuaca panas, dan makanan lezat dimana-mana, yay! Setiap ketemu sama temen-temen, pasti selalu muncul pertanyaan,

“Gimana di Jakarta, Dim? Betah?”

Are you kidding me, guys? Dua bulan ini bahkan daku gak kangen Bangkok sedikit pun. Eh ada sih, sama beberapa sahabat yang tinggal disana plus satu box besar sepatu yang daku gak bisa bawa karena keberatan, hihihi.

Kembali ke Jakarta dengan suasana baru dan kantor baru membuat waktu berputar begitu cepat seperti gasing. Tiba-tiba pagi, tiba-tiba udah malam, tiba-tiba udah September. Buset dah. Apalagi di kantor baru, daku sering kerja for very long hours. Jadi bener-bener pulang cuma buat makan dan tidur. Beda banget sama di Bangkok dulu. Pulang kerja waktu bengongnya panjang bener sampe bingung mau ngapain lagi. Udah nyuci baju, masak, nyuci piring, sampe nonton DVD. Kelar-kelar palingan baru jam 10 atau 11 malam. Sama dengan jam daku sampai rumah di Jakarta hampir setiap hari.  Kebayang, kan? *senderan di dinding*

Tapi ya, enaknya tinggal di Jakarta itu, makanan apa aja ada! Mulai dari ketoprak sampe gado-gado bisa didapetin kapan aja. Belum lagi, daku gak kudu nyiapin stock mie instan lagi sampe satu satu laci besar kayak di Bangkok dulu, hihi. Kebayang waktu kerja disana, tiap temen yang mau liburan ke Bangkok, titipan daku selalu Indomie. Makanan penghibur cita rasa Indonesia banget, hihi. Apalagi waktu disana, temen kerja dari Hong Kong nemu postingan ‘Top Ten Instant Noodle All The Time’, doi langsung panik aja dong ketika tahu beberapa produk adalah instant noodle dari Indonesia! Terus daku dengan lempengnya bilang,

“I have it all in my condo, please take some, I have a lot!” 

Doi langsung berbinar-binar, mata berkaca-kaca, dan peluk-peluk, hihi. Sampe condo, doi ambil banyak banget aneka rasa Indomie dari condo, terus di foto, dan di share ke Weibo (social media channel asli China). Tapi tetep daku bilang, “jangan ambil Indomie rasa rendang gueeee!”, hahaha. Dia bilang, doi jarang banget makan instant noodle tapi untuk produk yang daku kasih, itu enak banget. Akhirnya ada juga makanan Indonesia yang bisa daku bangga-banggain sampe luar negeri dan berwujud nyata, hihi.

Indomie

Jadi buat kita orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, Indomie itu udah kayak pelipur lara rasa rindu sama makanan Indonesia. Gak perlu repot ngehancurin dapur kayak daku waktu bikin nasi goreng dengan lauk pauknya, hihi. Kemarin sebelum balik ke Indonesia, stock Indomie pun dengan sukses jadi rebutan temen-temen Indonesia disana. Nah ngobrolin ini makanan enak, kapan itu daku baca di Kompas, ternyata Indomie ulang tahun ke – 40 aja gitu! Wew!

Sebagai social media addict (alias kebanyakan nge-date sama laptop), daku langsung cari FB Fans Page Indomie dan nemu linknya dimari yang ternyata lagi ada kompetisi untuk bikin cover jingle Indomie. Hm… Kalau ini daku gak jago sih, tapi kayaknya ada beberapa temen yang demen bikin beginian *langsung BBM*. Contoh video bisa dilihat disini nih. Kalau daku pribadi malah minat banget untuk kirim foto lagi makan dengan Indomie, karena… nanti foto kita bisa masuk untuk jadi mosaik dalam rangka 40 Tahun Indomie, coba deh cek dimari. Kapan lagi bisa narsis berjamaah? Hihi. Nah buat  kamu yang ikutan kirim foto dan video ada 5 Samsung Galaxy S3 & 100 bingkisan Indomie untuk foto terbaik dan 5 Samsung Galaxy S3 & 100 bingkisan Indomie untuk cover jingle terbaik, lho. Periode sampai 30 September. Cepetan ikutan!

Jadi, sambil daku makan siang dengan Indomie goreng pake telur, kalau kamu, suka Indomie yang rasa apa sih? Share dong! 😀  (*)

Blog ini ditulis oleh