Ini sudah menjadi rahasia lama di kos kami. Sudah bertahun-tahun hal ini terus menjadi legenda yang diceritakan turun-menurun kepada mereka penghuni kos baru. Bukanlah sekedar cerita tentang beberapa pencuri yang hobi mengambil sepatu di kos kami, apalagi hanya cerita klise tentang harga kos yang terus memuncak setiap tahunnya. Cerita ini tak pernah menjadi biasa, karena cerita ini tentang penghuni kos yang tak pernah kami undang. Mereka adalah hantu. Ya, hantu. Kami tak pernah peduli dengan wujudnya. Membayangkan saja sudah cukup membuat merinding sampai berkeringat. Yang pasti, aktivitas mereka, makhluk itu, semakin hari semakin bertambah saja. Mulai hanya sekedar muncul sekelebatan yang mondar-mandir tak jelas di depan kamar, cap tapak kaki pasir di lantai marmer, goyangan dan goncangan beberapa kali di kasur, muncul asap tiba-tiba di tempat yang tak mungkin adanya api, mimpi-mimpi buruk, suara tangis bayi, ketindihan yang membuat sesak nafas, sampai baru-baru munculnya teriakan keras, tepat di kuping, pada tengah malam yang menimpa Andi, anak kos baru yang malang.
Entah kapan hal ini mulai terjadi, yang pasti aku sendiri mulai kos ditempat itu sejak tahun 1997. Tapi kejadian itu baru mulai muncul sejak beberapa tahun belakangan. Dimulai dari Pipin, anak kos lama, yang beberapa kali ketindihan sampai harus pindah kamar untuk tidur. Kemudian goyangan di kasurku ketika tidur, dan terjadi hanya bila kamar dalam keadaan gelap. Hal ini pun juga menimpa beberapa orang yang pernah ketiduran di kamarku. Yang menyeramkan adalah ketika ada gerakan paksaan dari bayangan yang menarik tangan Mangkok (ket: nama salah satu anak kos) ketika anak-anak kos sedang bermain Jelangkung. Sialan! Aku baru ingat kalau mereka dulu sering bermain permainan terlarang itu.
Sekitar awal tahun 2000-an, ketika itu di kos masih dihuni wajah-wajah lama, mereka beberapa kali melakukan permainan itu, permainan memanggil hantu Jelangkung. Kegiatan yang cukup sering dilaksanakan mulai dari kamar kos kosong yang belum dihuni, sampai di atap lantai 3 yang cukup luas. Aku tak pernah ikut, banyak faktor yang membuat aku enggan untuk turut bergabung. Dan entah apa yang membuat mereka menghentikan ritual tersebut, tapi yang pasti, sejak ada kegiatan itu lah kos itu mulai muncul keanehan-keanehan mistis.
Aku jadi merinding. Dan entah kenapa, suasana malam ini begitu mencekam. Keadaan kos yang sepi, tanpa ada suara angin dan bulan purnama menggantung di langit membuat keadaan sekeliling terasa tidak nyaman, dingin, dan menusuk. Beberapa anak kos yang biasanya membuat suasana ramai seperti Deny, Mangkok, Aji dan Andi seperti biasa sedang pergi main ke game centre malam ini. Sedangkan teman-teman yang lain sudah terlelap di alam mimpi.
“Huhu… Gak enak banget melek dini hari begini. Jam berapa ya mereka pulang? Hm…”
Aku tak sabar menunggu mereka pulang. Kulihat jam masih setengah 2 pagi. Biasanya Deny dan teman-teman pulang ke kos pada pukul 2 pagi, dimana saat sahur menjelang datang. Daripada aku menunggu mereka di luar yang mencekam, lalu aku mulai menghindar dari keadaan.
Dan akhirnya…
Suara mobil terdengar memasuki jalan di depan kos. Suara gerbang terdengar di buka. Andi pun turun dari mobil dalam keadaan mengantuk,
Ji, ntar kalo aku gak turun dari kamar artinya gue gak ikut sahur ya, ngantuk banget!”
Aji yang kamarnya di lantai bawah entah kenapa secara reflek malah ikut menaiki tangga, berjalan di belakang Andi. Dan dengan langkah gontai mereka melangkah ke atas kira-kira 3 langkah, dan tiba-tiba…
Tampak sesosok makhluk yang berdiri mematung. Makhuk berbaju jubah putih panjang, wajah pucat mengerikan, mata yang sekelilingnya hitam pekat, darah menetes di pinggir bibir, dan rambut tak beraturan berdiri di teras itu. Yah… Di teras itu! Memandang lekat-lekat menuju mata Andi, hantu itu tersenyum dan…
“A…. A… ARGHHHHHHHHHHHHH!”
Seperti suara lolongan, Andi berteriak dengan kencangnya! Aji yang sekilas melihat makhluk itu pun ikut berlari tunggang langgang. Mangkok yang masih di bawah terkaget pucat dan ikut berlari sambil mendorong Deny. Mereka berlari sekencang-kencangnya. Jantung berdegup keras. Sekujur kaki terasa dingin. Mereka tak sanggup untuk saling berbicara jelas.
“Itu…. Itu…Makhluk apa?! (Hosh…. Hosh…. Suara nafas mereka menjadi berat)”
Dan entah kenapa, hantu itu tak bergeming, terus berdiri menatap mereka lebih dalam lagi. Mencekam! Dan akhirnya menghilang…. Seperti angin kencang.
Kemudian mulailah muncul suara tawa yang mengerikan.
“Haha…. Haha… Haha…. Ancur! Lucu banget! Haha…. Capek deh! Haha…”
Mereka semua berpikir keras. Kenapa hantu itu bisa berbicara dengan bahasa gaul? Andi pun kembali membayangkan ulang sosok hantu itu.
“Mas, gak mungkin kan hantu rambutnya di… Spike?!”
Andi bertanya ke tiga anak lainnya. *krik… krik… krik… * suasana hening, dan mereka semua berteriak,
“DIMAS!!!! PASTI ITU ELU! SIALAN!!!!!!”
Mereka pun menyesal tidak melihat tanda-tanda keisenganku yang telah kulakukan untuk kesekian kalinya. Walau tentu saja malam ini adalah yang paling happening, hihi…
————————————————————————————————-
* satu jam sebelumnya *
“Ded, dah oke belum? Bedaknya dah tebel kan? Mata gue gimana? Dah cukup item belum? Tapi kok rambutnya kok ala John Lennon gini?”
“Bedaknya tambah dikit, hm… rambutnya kasih wax aja Dim, dikeatasin semua. Trus pake spidol merah kasih efek darah deket bibir.”
“Hihi… Seru! Seru! Nah kayak gini kan?”
Jam satu malam. Perbincangan yang tak biasa antara dua anak kos, eh tepatnya antara artis Dimas dan sutradara baru, Dedi, teman kejahatanku malam ini. Dan sambil menunggu kedatangan Deny dan teman-teman yang bisa diprediksi, Dedi pun dengan sigap mengambil foto-fotoku memakai kostum lengkap di berbagai venue yang layak sebagai tempat munculnya hantu.
“Nah bagus. Matanya jangan liat ke kamera! Sip…”
Bawah pohon, kamar mandi, selasar kos, garasi, ngesot di lantai, sampai di dalam kamar yang gelap, dicoba sebagai studio alam yang menarik. Lumayan, koleksi foto di komputerku menjadi bertambah. Hehe…
Ah teman, indahnya,malam ini, malam ke lima aku insomnia kulewati dengan tidak sia-sia. Walau akhirnya Andi tak berani tidur sendiri, anak-anak kos lain yang terbangun karena teriakan, dan mungkin saja, para hantu di kos akan dendam denganku, karena tugasnya telah kuambil alih. Hm… Hantu di kos? Huwa! Tampaknya nanti malam aku tak mau tidur sendiri (*)
Untuk Andi sang korban, dan teman-teman kos lain yang pernah menjadi korban kejahilanku.